MOJOKERTO, FaktualNews.co – Puluhan mahasiswa dari organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Mojokerto, menggelar unjukrasa di dua mako kepolisian, yakni Polres dan Polresta Mojokerto.
Mereka mengecam tindakan aparat kepolisian dan mendesak polisi mengusut tuntas kasus meninggalnya Randi, seorang mahasiswa Kader PMII Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, beberapa waktu lalu.
Sebelum melakukan aksi, puluhan mahasiswa ini lebih dulu menggeruduk Polres Mojokerto yang berlokasi di Jalan Gajah Mada, Kecamatan Mojosari. Di lokasi ini, mereka melakukan salat gaib bersama pihak kepolisian.
Hingga pada pukul 14.00 WIB, puluhan mahasiswa yang datang dari berbagai universitas maupun sekolah tinggi di Mojokerto ini, melakukan longmarch dari kantor KPU Kota Mojokerto menuju ke Polresta Mojokerto.
Disana, mereka sudah disambut pihak kepolisian yang tengah berjaga melakukan pengamanan. Di depan Mako Polresta Mojokerto, mahasiswa lantas bergiliran berorasi, mengecam tindakan represif aparat kepolisian.
Salah satunya Ahmad Nur Qomari, salah satu pengurus PMII Cabang Mojokerto. Dalam orasinya dia mengutuk keras, tindakan aparat kepolisian saat melakukan pengamanan aksi di wilayah Kendari, hingga menimbulkan korban jiwa.
“Sahabat kita, Randi. Ditembak oleh aparat kepolisian. Kami menuntut Polri mengusut tuntas pelaku penembakan,” ucapnya sembari membawa megaphone di hadapan aparat kepolisian.
Beberapa saat berorasi, puluhan mahasiswa beridentitas biru itu pun ditemui langsung oleh Kapolresta Mojokerto AKBP Bogiek Sugiyarto.
Menanggapi beberapa tuntutan mahasiswa, Kapolresta menyampaikan, pihaknya turut berbela sungkawa atas insiden yang menimpa rekan mahasiswa di Kendari.
“Tuntutan adik-adik mahasiswa kami terima, dan akan kami langsung kepada atasan semua aspirasi mahasiswa,” katanya di hadapan puluhan mahasiswa.
Sementara itu, Ketua Cabang PMII Cabang Mojokerto, Lodri Fathurohman mengatakan, dari tiga tuntutan mahasiswa, diantaranya pencopotan Kapolda Sulawesi Tenggara dan mengusut tentang penembakan. Saat ini, pihaknya hanya meminta polisi bisa menjaga kestabilan masyarakat atas adanya kasus ini.
“Dua tuntutan kita, sudah dilaksanakan oleh Kapolri, yakni pencopotan dan membentuk tim investigasi untuk mencari pelaku penembakan. Jadi kita hanya meminta pihak kepolisian tidak bersikap tindakan represif dan mampu menjaga kestabilan wilayah Mojokerto,” tuturnya.
Tak hanya itu, mahasiswa juga mengecam tindakan aparat kepolisian dan meminta Polri mengadili pelaku kekerasan dengan seadil-adilnya.
Sebelum membubarkan diri, bersama perwira dan anggota Polresta Mojokerto, massa mahasiswa mengakhiri aksinya dengan salat dan membaca tahlil. Setelahnya, anggota kepolisian membagikan makanan, permen dan air minum. Dan Kapolresta mengajak berbincang-bincang para mahasiswa.