Peringatan HUT TNI ke 74 di Jember
Drama Welut Putih, Difabel Memerankan Pahlawan yang Dimutilasi
JEMBER, FaktualNews.co – Edi Sucipto penyandang disabilitas Jember didaulat sebagai tokoh utama dalam drama kolosal Komandan Welut Putih dalam perayaan HUT TNI ke 74 di alun-alun kota Jember, Jawa Timur, Sabtu (5/10/2019).
Pria asli Kecamatan Ambulu itu memerankan sosok pahlawan bernama Letnan Suyitman, yang sedang melawan Belanda ketika penjajah itu datang kembali pada Agresi Militer kedua.
“Cerita drama kolosal ini mengambil kisah dari pahlawan lokal asli Jember, yakni Letnan Suyitman pada tahun 1947 yang melawan Belanda yang datang lagi ke Indonesia, untuk Jember lewat (kecamatan) Puger,” kata Sutradara Drama Kolosal Dani Hendarto saat dikonfirmasi wartawan.
Drama kolosal tentang perjuangan melawan penjajah itu, diperankan oleh siswa dan siswi dari Teater Spikul SMAN Pakusari dan Teater Zero SMPN 1 Silo. “Judul drama kolosal itu, Komandan Welut Putih,” sambungnya.
Dikisahkan Letnan Suyitman yang memimpin perjuangan melawan penjajah Belanda, yang saat itu masuk ke Jember melalui jalur Kecamatan Ambulu.
“Disana oleh Letnan Suyitman dan pasukan seksi Welut Putih, melakukan penghadangan dan perlawanan kepada penjajah! Tapi pahlawan lokal itu (Letnan Suyitman) dikalahkan, dan tubuhnya hancur. Katanya, kalau kisah aslinya, bagian tubuhnya itu hancur (ditembak) tank tempur,” ungkap pria yang juga guru di SDN Sumberpinang 2 Jember itu.
Namun dalam kisah drama kolosal ini, tubuhnya dimutilasi, lanjutnya, kemudian pemeran pahlawan Letnan Suyitman yang tubuhnya termutilasi adalah penyandang disabilitas.
“Namanya mas Edi Sucipto, yang memang dikisah nyatanya, Letnan Suyitman masih hidup. Meskipun kondisi tubuhnya hancur. Kemudian masih berusaha melawan penjajah hingga akhirnya wafat. Tapi tidak bisa kita visulkan dengan kondisi aslinya, ya kemudian dibantu saudara kami mas Edi itu, yang gigih melawan penjajah meski kondisi tubuh termutilasi dan menyerahkan bendera merah putih ke bupati,” jelasnya.
Diyakini, kata Dani, Letnan Suyitman memiliki ilmu tertentu, sehingga saat tubuhnya hancur itu masih hidup dan sempat melakukan perlawanan.
“Beliau (Letnan Suyitman) backgroundnya (latar belakang) memang tentara, juga punya kesaktian ilmu welut putih, jadi diyakini jika menyentuh air, musuh tidak dapat melihat dan dapat pulih saat luka, dan itu dimanfaatkan untuk menyerang penjajah. Saat itu, sebelum wafat itu masih melawan penjajah,” ungkapnya.