Tolak Pencemaran Sungai, Warga Desa Beujeng Pasuruan, Blokir Jalan
PASURUAN, FaktualNews.co – Ratusan warga Desa Beujeng, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, berunjukrasa memblokir jalan akses penghubung Kecamatan Bangil – Pandaan, Senin (7/10/2019) siang. Aksi tersebut dipicu tak kuat dengan adanya pencemaran Sungai Wangi, yang berlangsung delapan tahun.
Pengunjukrasa membakar ban bekas di tengah jalan. Mereka juga membentangkan spanduk dan poster bernada protes terhadap empat perusahaan yang dituding mencemari sungai dengan membuang limbahnya ke sungai yang banyak dipakai warga.”Kami tak mau lagi ada bau,” kata warga saat berorasi.
Mereka mengecam pada empat perusahaan yang sengaja mengotori sungai tersebut, sehingga menimbulkan bau yang tak sedap. Tentu saja aksi warga ini membuat jalur yang menghubungkan dua kecamatan tersebut tidak bisa dilalui kendaraan. Demikian ini karena beberapa ban bekas sengaja di bakar mulai dari tengah hingga ke pinggir jalan.
Sementara spanduk bernada protes terhadap pencemaran sungai ini mewarnai arena aksi demo warga. Bahkan aksi warga ini juga didukung desa tetangga lainnya.
“Aksi demo ini atas kemauan warga. Mereka sudah kesal dengan munculnya bau yang tak sedang di sungai wangi,” papar Kades Beujeng, Sobiq, di lokasi.
Untuk mengantisipasi hal tak diinginkan, Muspika Kecamatan Beji, ikut turun tangan sebagai buntut aksi blokir jalan oleh warga Desa Baujeng dan sekitarnya. Sayang, upaya mediasi berlangsung alot, lantaran tidak hadirnya pihak dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pasuruan. Ditunggu lama petugas DLH tidak hadir tanpa alasan jelas
Upaya musyawarah dilakukan di kantor balai desa setempat. Selain Baujeng, pertemuan juga dikabarkan melibatkan warga desa sekitar. Diantaranya, Desa Ngembe, Kenep dan juga Sidowayah, Kecamatan Beji. Namun pertemuan dipimpin Camat Beji, Ghoni dengan dihadiri sejumlah perwakilan perusahaan akhirnya tak ada titik temu.
Warga tetap menuntut agar pencemaran sungai segera dihentikan. Mereka mengaku tak kuat lagi dengan bau busuk yang mengganggu kesehatan. Bahkan sumur-sumur warga ikut tercemar dan tak bisa dipergunakan lagi. Aksi ini tetap berlangsung hingga warga meminta ada ketegasan pihak terkait agar pencemaran tak ada lagi.