FaktualNews.co

Disnak Keswan Situbondo Olah Limbah Hewan Jadi Rupiah

Lingkungan Hidup     Dibaca : 713 kali Penulis:
Disnak Keswan Situbondo Olah Limbah Hewan Jadi Rupiah
FaktualNews.co/fatur bahri
Plt Kepala Disnak Keswan Situbondo, saat ikut membuat pupuk organik.

SITUBONDO, FaktualNews.co-Limbah Rumah Potong Hewan (RPH) milik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Kabupaten Situbondo, yang selama ini dikeluhkan oleh warga, ternyata bisa disulap menjadi bernilai ekonomi alias bisa jadi rupiah.

Cara untuk membuat limbah dari kotoran hewan yang dipotong di RPH Situbondo, untuk menjadi pupuk organik sangat mudah. Yakni hanya menggunakan alat pengolah pupuk organik (APPO) dengan kotoran hewan di RPH Situbondo.

Plt Kepala Disnak Keswan Kabupaten Situbondo M Hasanudin Riwansa mengaku sengaja mengolah limbah di RPH Situbondo menjadi pupuk organik, karena limbah RPH sering dikeluhkan warga sekitar.

“Mayoritas permasalahan RPH, masalah klasik. Yaitu tidak bisa mengolah limbah dengan baik,”ujar M Hasanudin Riwansa, Selasa (8/10/2019),

Menurutnya, selama ini insan peternakan sudah mengetahui cara mengolah limbah RPH dan kotoran sapi, akan tetapi belum mengelola secara optimal.

Padahal, jika dikelola dengan baik, selain mampu menghasilkan rupiah juga bisa menyelamatkan lingkungan.

“Estimasinya, seekor sapi dengan isi rumennya, bisa menghasilkan 50 kg dalam setiap hari. Kalau 10 ekor sapi, kan bisa setengah ton,”beberrnya.

Menggunakan alat yang sederhana, APPO, Disnak Keswan Situbondo dengan memanfaatkan limbah RPH dan kotoran sapi, mampu menghasilkan pupuk organik rata-rata satu ton dalam setiap harinya.

Sejalan dengan program pemerintah, yang berkeinginan menghijaukan lahan pertanian Situbondo secara serentak dan besar-besaran, dengan memanfaatkan pupuk organik.

“Pupuk organik ini kebijakan pemerintah daerah, setelah tahu bahwa pertanian kita miskin unsur hara. Untuk meningkatkan unsur hara, ya menggunakan pupuk organik,”imbuhnya.

Sangat mudah memasarkan hasil olahan pupuk organik. Apalagi, jika dipasarkan kepada mereka yang memelihara tanaman hobi atau tanaman hias. Hanya saja, mindset kebanyakan orang yang sulit dirubah untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi pupuk organik.

“Kita agak kesulitan memproduksi pupuk organik dalam jumlah besar, ketika para peternak ataupun petani yang masih belum mampu dan belum mau mengolah limbah ternaknya menjadi pupuk organik,” tandas Udin.

“Perlu diklat bagi para petani dan peternak, bagaimana cara mengolah pupuk organik,” imbuhnya.

Selama ini, petani cenderung menggunakan pupuk kimia yang justru merusak unsur hara tanah. Akibatnya, biaya produksi tinggi karena petani harus menambah jumlah pupuk kimia pada tanamannya. Padahal, cara mengatasinya cukup menggunakan pupuk organik.

“Pupuk kimia berdampak kepada kelangsungan dan mengurangi angka harapan hidup mahluk hidup,” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah