FaktualNews.co

Menggugah Wayang Beber dan Gambus Misri

Sosial Budaya     Dibaca : 1165 kali Penulis:
Menggugah Wayang Beber dan Gambus Misri
Huda untuk Faktualnews.co
Ki Sri Waluyo saat memainkan wayang kulit dalam cerita BALAMOA (Foto : Huda untuk Faktualnews.co)

Komunitas Pelestari Seni Budaya Kedungsari didampingi oleh Yayasan Air Kita Mojoagung menggelar gelaran bertajuk Kenduri Seni Rupa Wayang Beber Indonesia (KSRWBI). Kegiatan yang berlangsung selama dua hari berturut-turut ini dimulai dari pameran, workshop, sarasehan, hingga pertunjukan seni. Semua kegiatan memanfaatkan rumah warga dan ruang-ruang publik di jalan utama dusun Kedungsari, sepanjang 200 meter.

 

Perhelatan Kenduri Seni Rupa Wayang Beber ini juga menampilkan pertunjukan kolaborasi wayang beber Indonesia-Hungaria. Pertunjukan apik tergarap oleh para seniman lintas kultur; Péter Szilágyi yang juga antropolog dan seniman kelahiran Hungaria, Ki Sri Waluyo (Wayang Cing-cing Mong), dan Dani Iswardana (perupa wayang beber).

 

Selain itu, peristiwa penting dalam acara ini adalah konten acara yang tidak hanya menyoal tentang warisan seni wayang beber, tapi juga menyentuh seni tradisi di dusun setempat yang sudah lama tenggelam; yaitu Seni Tradisi Gambus Misri. Momentum menghidupkan seni wayang beber menularkan semangat pada warga untuk menghidupkan kembali gambus misri bernama Bintang Sembilan.

Dagelan gambus Misri oleh para pelawak Bintang Sembilan

Kelompok Gambus Misri Bintang Sembilan mungkin salah satu kelompok yang tidak terkenal di masanya, namun semangat untuk mewariskan kearifan lokal masa lalu pada generasi masa kini patut diapresiasi. Setelah puluhan tahun gambus misri mati suri, pada hari itu menjadi sejarah besar kebangkitan pentas gambus misri yang di perankan langsung oleh para pelaku asli gambus misri Bintang Sembilan. Pentas itu sebagai bagian dari usaha konservasi yang dilakukan secara bertahap untuk menelusuri dan menemukan teks, notasi, instrumentasi, dan gerak mendekati aslinya.

 

Tidak hanya itu, konon kawasan Jombang dan Mojokerto merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit. Wayang Beber pernah tumbuh dan berkembang pada abad 13 di Majapahit. Bisa dikatakan wayang beber adalah wujud visual Jawa. Saat ini, wayang beber membutuhkan pelestari-pelestari muda dari berbagai kota di Indonesia untuk mencegah dari kepunahan.

 

Adalah Hermin Istiariningsih (67 tahun), yang akrab dipanggil Bu Ning, maestro perempuan perupa wayang beber kelahiran Jombang yang kini tinggal di Solo ini bermaksud hadir, namun karena belum pulih dari sakit, sebagai gantinya Bu Ning menghadirkan karya  masterpiece-nya ‘Cinde Laras’ dan sembilan karya perupa- perupa muda wayang beber  hadir dalam KSRWBI.

 

Mereka adalah Hermin istiariningsih (Bu Ning), Dani Iswardana. Herman Effendi, Samuel WBM,  Arif Setiawan, Mutiara Pramita Sari, Aprilia Wulandari, Aprilia Hermianti, KenAndhisti, dan Nina Eka Putriani

 

Tidak hanya menyajikan wayang beber, lukisan wayang beber yang tidak hanya bersifat visual, juga bisa bermuatan seni pedalangan. Adam Ghifari (putra H.Rhoma Irama) juga hadir untuk berbagi mendalang wayang beber. Grup wayang beber anak-anak Republik Air Indonesia (RAI), Panji Warengku, dan grup remaja SMAN 1 Pacet, Mahesa Sura (Pacet).

 

Ketua Panitia Irwan Sayudi menyampaikan bahwa program ini bertujuan untuk melestarikan kedua kearifan lokal – wayang beber dan gambus misri, Menurut Irwan, sebagai kesenian yang lahir di kabupaten Jombang gambus misri sangat penting untuk kembali dihidupkan, dirawat dan dilestarikan. “Upaya konservasi patut didukung semua pihak. Semua untuk masa depan Jombang yang memiliki harapan besar menjadi kabupaten berkarakter,” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Wahyu Wijaya
Tags