LAMONGAN, FaktualNews.co – Profesor Dr Moh Cholil Mahfud dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, mengunjungi lokasi Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu (IPLT) di Kelurahan Sidokumpul, Lamongan, Senin (14/10/2019).
Kedatangan BPTP itu, untuk menjadikan limbah menjadi produk pupuk organik yang standar. Sehingga ke depan Lamongan bakal memiliki potensi pupuk organik dari hasil IPLT.
“Saat ini yang penting bagaimana hasil olahan limbah disalurkan secara teknologi untuk menghasilkan produk-produk yang punya potensi,” kata Moh Cholil Mahfud, saat mengecek limbah.
Profesor menambahkan, limbah padat yang diolah menjadi pupuk organik tidak hanya menyuburkan tanaman, tapi harus ada nilai jual.
Maka dari itu harus ada proses yang tepat supaya punya nilai dan manfaat.
“Tidak hanya untuk pertanian saja. Bisa untuk pakan ikan. Apalagi Lamongan daerah tambak,” ungkap Cholil. Yang telah berhasil mengembangkan produksi budidaya jagung di Banyubang Solokuro Lamongan .
Kedatangannya ke IPLT Lamongan, sementara hanya dari limbah tinja rumah tangga tersebut sangat memungkinan menjadi sebuah produk yang bernilai jual tinggi.
Cholil optimistis dari hasil IPLT penggunaannya akan optimal jika ditindaklanjuti pemerintah daerah dengan program setiap taman di rumah menggunakan pupuk organik. “Taman itu menjadi tata kota. Itu juga program perkotaan,” jelasnya.
Demikian juga dengan program Kawasan Rumah, Pangan Kestari (KRPL) yang intinya kebutuhan pangan dipenuhi dari kawasan rumah itu sendriri, semisal kebutuhan cabai. Masyarakat perkotaan akan mendapat makanan yang berkualitas.
Lamongan berpotensi mulai dataran rendah sampai dataran tinggi variasi komoditasnya lengkap dan produksinya sangat tinggi.
“Kini tugas saya adalah mempercepat agar ide itu berhasil.
Sayang potensi kadang tidak tergali, sebab keberhasilan suatu daerah tergantung komitmen kepala daerah,” paparnya.
Untuk pengolahan limbah di IPLT, menurutnya, sudah harus disediakan secara teknologi dan pupuk organik dari pengolahan tinja bisa cocok untuk tanaman, serta harus jadi produk terlebih dahulu.
“Hingga produk ada standarnya melalui kajian, yakni analisis kualitas produk, baru pada pengembangannya,” tegas Cholil
Terobosan yang dijalani IPLT melalui tangan profesor ini akan mendukung Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) yang membawahi UPT IPLT melaluinya programnya, limbah tinja cair berkelanjutan, bermanfaat dan bernilai (Linca Berani).
Sementara di Lamongan juga memiliki potensi pupuk organik dari tinja sapi. Lamongan ada populasi 109 ribu ekor dengan hasil pupuk organik mencapai 118 ribu ton pertahun.
Dan meliliki berbagai jenis komoditi tanaman diantaranya, kedelai, padi, jagung, lombok dan sayuran dan semuanya butuh pupuk.
“Tinggal bagaimana menggali potensi dan diproses sehingga menjadi sumber pendapatan, maka yang dibutuhkan adalah mengaloh potensi limbah,” pungkasnya.