SURABAYA, FaktualNews.co – Bulan April 2019 akan diingat sebagai salah satu periode terpenting oleh pecinta astronomi di seluruh dunia, khususnya untuk topik lubang hitam. Pada tanggal 10 April 2019 itu Event Horizon Telescope (EHT) mencetak sejarah dengan menerbitkan foto pertama lubang hitam.
Lubang hitam yang berhasil difoto tersebut bernama M87* (M87 star) dan terletak di pusat galaksi M87 yang berjarak 53 juta tahun cahaya dari Bumi serta memiliki massa 6,5 miliar kali Matahari.
Cahaya sinar cincin di sekitar black hole terbentuk karena gravitasi luar biasa black hole, dimana menurut Albert Einstein dan Stephen Hawking, cahaya pun tak bisa lari darinya.
Apa itu Lubang Hitam?
Lubang hitam adalah sebuah objek yang memiliki massa besar namun ukurannya sangat kecil. Salah satu jenisnya terbentuk dari sisa kematian bintang bermassa besar.
Matahari, yang termasuk bintang bermassa kecil, tidak akan menjadi lubang hitam di akhir hayatnya melainkan menjadi planetari nebula. Lubang hitam baru bisa terbentuk jika massa awal bintang lebih dari 20 kali massa Matahari.
Menurut teori evolusi bintang, penyebab bintang dapat tetap berbentuk bulat dan utuh selama jutaan tahun adalah karena adanya reaksi pembangkitan energi di bagian intinya. Ketika proses ini melambat atau bahkan berhenti, tekanan gravitasi bagian luar bintang tidak dapat ditahan lagi dari dalam bintang. Sehingga bagian luar tersebut runtuh ke pusat bintang.
Hal ini akan mengakibatkan tekanan dan temperatur di pusat bintang meningkat, menghasilkan energi, lalu melontarkan bagian luar bintang tadi dan menyisakan bagian pusat yang sangat padat. Untuk bintang yang bermassa besar, peristiwa ini disebut supernova. Sisa bintang yang padat tadi akan menjadi lubang hitam jika massanya lebih dari 2,2 massa Matahari.
Besarnya massa lubang hitam dalam ukuran yang sangat kecil akan mengakibatkan gaya gravitasi yang berlaku di permukaannya sangat besar. Begitu besarnya sehingga cahaya pun tidak dapat lolos darinya. Untuk memahaminya, ingatlah bahwa kita harus membuat roket dengan kecepatan lebih dari 11 km/detik (disebut juga dengan kecepatan lepas) jika ingin mengirimnya luar angkasa dari permukaan Bumi.
Untuk lepas dari gravitasi Matahari di permukaannya perlu kecepatan lebih dari 617 km/detik. Sedangkan untuk lepas dari gravitasi di lubang hitam, kita perlu kecepatan lebih dari 300.000 km/detik, alias lebih cepat dari cahaya. Karena tidak ada benda yang bisa bergerak lebih cepat dari cahaya, maka tidak ada benda apapun yang dapat lolos dari tarikan gravitasi lubang hitam, termasuk cahaya itu sendiri.
Selain bermassa besar, sebuah benda juga harus berukuran kecil agar bisa menjadi lubang hitam. Batas ukuran ini disebut dengan radius Schwarzschild, yang dinamakan menurut astronom Jerman Karl Schwarzschild. Jika kita ingin Bumi berubah menjadi lubang hitam, maka dari radiusnya yang sekarang (6.371 km) harus diubah menjadi 9 mm saja.
Sedangkan Matahari yang radiusnya 695.700 km, akan menjadi lubang hitam jika mengecil hingga berukuran 3 km saja. Coba bayangkan bola berdiameter 6 km (sedikit lebih panjang dari Jembatan Suramadu) berisi keseluruhan massa Matahari yaitu 2×1030 kg (2 triliun triliun juta kg).