JOMBANG, FaktualNews.co-Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Pengawas Perikanan Satuan Pengawas di Jawa Timur mendatangi rumah Masudin, kolektor ikan arapaima gigas, di Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro, Jombang, Kamis (31/10/2019).
Selain melakukan pendataan ulang, kedatangan mereka untuk memastikan kondisi empat ekor ikan arapaima milik Masudin yang masih tersisa di kolam.
Sebab, beberapa waktu lalu, pemilik ikan tersebut melaporkan salah satu ikan arapaima miliknya mati, diduga akibat cuaca panas yang ekstrem
“Kami hanya memastikan kondisinya. Karena berdasarkan laporan pemilik, awalnya jumlah ikan ada lima dan kini tinggal empat, sehingga kami lakukan pengecekan atas kondisi yang empat ekor ini,” ujar Joko Susanto, Pengawas Perikanan KKP.
Saat dipantau petugas, empat ekor ikan arapaima milik Masudin ini dalam keadaan normal, namun nampak sedikit melemah.
Sejauh ini, pihak KKP sendiri baru menerima satu laporan terkait kematian ikan yang habitat aslinya berada di perairan sungai Amazon Amerika Selatan ini.
Saat dikonfirmasi mengenai adanya dampak cuaca atau panas ekstrem yang menjadi penyebab utama matinya salah satu jenis ikan air tawar ini, Joko mengaku akan melakukan penelitian kembali.
“Sejauh ini ikan yang terdaftar di kami baru ada di Ngoro Jombang ini. Soal cuaca panas kami belum melakukan penelitian lagi, bagaimana kehidupan ikan-ikan ini sebenarnya,” tandasnya.
Sebelumnya, salah satu ikan arapaima gigas milik Masudin, kolektor ikan asal Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro ini mati mendadak, Jumat (25/10/2019).
Diduga, kematian ikan berukuran besar ini disebabkan oleh panas ekstreem yang terjadi di daerah setempat dalam beberapa hari terakhir.
Awalnya, pemilik ikan mengira kematian ikan Arapaima gigas miliknya ini disebabkan oleh makanan berbahaya yang tertelan ikan dari kotoran sampah plastik yang masuk secara tak sengaja didalam kolam.
Namun, setelah ikan dibelah dan dilihat isi perutnya, ternyata benda yang dimaksud ini tidak ditemukan. Sehingga dimungkinkan, ikan ini mati karena kepanasan. Sebab, dalam dua hari ini suhu di wilayah setempat mencapai 42 derajat Celcius.
“Ada lima ekor yang saya punya, sekarang tinggal empat dan semuanya ini keadaannya lemah sepertinya,” ungkap Masudin.