FaktualNews.co

APTR Situbondo Minta Pemkab Tolak Penutupan PG Panji

Peristiwa     Dibaca : 1292 kali Penulis:
APTR Situbondo Minta Pemkab Tolak Penutupan PG Panji
FaktualNews.co/Fatur/
Pengurus APTR Panji, saat bertemu dengan Wabup Yoyok Mulyadi.

SITUBONDO, FaktualNews.co – Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) Situbondo, minta Pemkab Situbondo agar  menolak rencana penutupan Pabrik Gula (PG) Panji, Kabupaten  Situbondo, Jawa Timur.

Pasalnya, jika PG Panji tidak beroperasi, maka akan ada sebanyak 700 orang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK).

Sekretaris  APTR PG Panji Situbondo mengatakan, karena akan banyak PHK  jika PG Panji Situbondo ditutup, sehingga pihaknya meminta kepada Wabup Situbondo, Yoyok Mulyadi agar menolak rencana penutupan PG Panji tersebut.

“Pegawai PG Panji berharap, rencana penutupan PG Panji diurungkan,” tegas Dwi Candra Irawan,  Jum’at (1/11/2019)

Apalagi, lanjut Dwi Candra Irawan, revitalisasi PG Asembagus sampai saat ini masih belum optimal. Sehingga banyak tebu milik petani yang tidak terserap, yang mengakibatkan banyak petani yang menjual tebu miliknya keluar daerah.

“Sampai saat ini, revitalisasi di PG Asembagus yang dinaikkan dari tiga  ribu ton menjadi enam ribu ton per hari, belum bekerja sesuai rencana. Apakah bisa bekerja dengan enam ribu ton per hari,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Situbondo, Yoyok Mulyadi mengatakan, bahwasanya pemerintah daerah tidak bisa mengintervensi rencana penutupan PG Panji, termasuk PG Olean dan PG Wringinanom yang ada di Situbondo.

“Belanda membangun PG di Situbondo, sebanyak lima PG. Karena Situbondo punya iklim yang bagus. Apapun yang ditanam di Situbondo, termasuk tebu, hasilnya bagus,” kata Wabup  Yoyok Mulyadi.

Namun dalam perjalanannya, semua PG selain Asembagus, direncanakan ditutup, dan akan dicover sepenuhnya PG Asembagus yang direvitalisasi dengan kapasitas giling enam ribu ton, yang semula hanya tiga ribu ton per hari.

“Sekarang memang masih belum bekerja optimal. Tapi kalau sudah bekerja optimal, maka semua tebu di Situbondo ini bisa terserap,” katanya.

Karena belum bekerja optimal, tebu di Situbondo tidak terserap dengan baik. Akhirnya, banyak petani tebu yang menjual tebunya ke luar daerah, tentunya dengan harga yang lebih menjanjikan.

“Kita tidak bisa memaksa, jika petani lebih memilih menjual tebunya ke luar daerah,” tegas Yoyok.

Yoyok menambahkan, dalam waktu dekat pemerintah daerah akan mencoba mempertemukan para petani tebu, membuat komitmen agar tebu di Situnondo tidak dieksodus ke luar daerah.

“Pemeritah daerah bertugas memfasilitasi. Jadi dalam waktu dekat akan kami pertemukan antara petani dan APTR,” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin