FaktualNews.co

Wacana Larangan Bercadar di Instansi Pemerintah, Begini Tanggapan Sekjen MUI

Nasional     Dibaca : 1420 kali Penulis:
Wacana Larangan Bercadar di Instansi Pemerintah, Begini Tanggapan Sekjen MUI
FaktualNews.co/Istimewa
Para siswi SMK Attholibiyah Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. (http://profil-cerita-santri.blogspot.com}

JAKARTA, FaktualNews.co – Menteri Agama Republik Indonesia, Fachrul Razi, melontarkan wacana pelarangan niqab atau cadar dan celana di atas mata kaki alias cingkrang di lingkungan instansi pemerintah.

Dia menilai pemakaian cadar merupakan kebudayaan orang Arab dan bukan Indonesia. Selain itu, wacana ini ia lontarkan demi alasan keamanan, merujuk masalah radikalisme.

Kepada DW Indonesia, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, mengatakan bahwa rencana pelarangan ini bertentangan dengan konstitusi Indonesia yakni UUD 1945.

“UUD pasal 29 ayat 1, Negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa. Kedua, negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayannya itu. Memakai cadar menyangkut keyakinan atau tidak? Jadi kalau ada larangan, maka secara hukum dia batal demi hukum karena bertentangan,” ujar Anwar, Jumat (01/11/2019).

Anwar mengatakan, cara berpakaian seseorang tidak berhubungan dengan atau menentukan tindakan yang mereka lakukan, dalam hal ini perihal masalah keamanan. Ia merujuk kepada kasus penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru.

“Yang membunuh orang di Christchurch pakai jubah atau pakaian barat? Kalau begitu seluruh orang pakai pakaian barat dilarang? Karena yang membunuh orang di Christchurch itu pakaian barat. Oleh karena itu jangan dilekatkan dengan simbol-simbol,” papar Anwar.

“Tingkat kriminalitas, radikalisme, terorisme di barat itu tinggi sekali. Lihat pakaiannya, ada peraturan yang melarang pakaian yang mereka pakai?” tegas Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu saat diwawancarai DW Indonesia.

Lebih lanjut menurut Anwar, jika kebijakan ini jadi diterapkan akan terjadi perdebatan di masyarakat luas. Ia pun mengimbau agar Fachrul melibatkan para ulama dalam membahas kebijakan-kebijakan terkait masalah keagamaan. “Kalau menyangkut ajaran agama panggil ulama, konsultasi dengan ulama, karena yang tahu itu adalah ulama,” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh
Sumber
Deutsche Welle Indonesia