FaktualNews.co

Kondisi Tak Memungkinkan, Siswa SDN Gentong Pasuruan ini Juga Ingin Sekolah

Pendidikan     Dibaca : 680 kali Penulis:
Kondisi Tak Memungkinkan, Siswa SDN Gentong Pasuruan ini Juga Ingin Sekolah
FaktualNews,co/Abdul Aziz
Abdul Mukti, yang masih rawat jalan di rumahnya akibat belum pulih dari cedera kaki kirinya.

PASURUAN, FaktualNews.co – Derita cukup berkepanjangan dialami korban insiden ambruknya atap 4 ruangan di SDN Gentong, Kota Pasuruan.

Hingga saat ini, mereka yang mengalami luka-luka masih merasakan trauma atas tragedi Selasa (5/11/2019) lalu. Bahkan, ada yang sempat menangis, mengisahkan kejadian yang memilukan tersebut. Seperti

Abdul Mukti (11) anak kelas 5A SDN Gentong ini, niat untuk bersekolah kembali sudah bulat. Meski kondisinya tak memungkinkan untuk menuju ke arena trauma healing yang dilaksanakan pihak sekolah, di halaman Madin Al Islamiyah, hingga Kamis (14/11/2019) pagi.

“Iya saya pingin sekolah lagi,” kata bocah lelaki ini, saat terbaring di tempat tidur.

Namun keinginan untuk belajar sekaligus bertemu dengan teman sekolahnya, tak memungkinkan karena kondisi kaki kirinya yang patah, belum sepenuhnya pulih.

Abdul Mukti, salah satu siswa yang menjadi korban ambruknya atap sekolahnya, Saat insiden yang menewaskan seorang teman serta gurunya itu, dia berada di dalam kelas. Kaki bocah kecil ini tertimpa blandar yang terbuat dari beton

“Saya waktu itu, kejatuhan tembok besar kena kaki kiri,” ucap Mukti, mengisahkan sambil menangis.

Di dekat ranjang tidurnya, tampak alat bantu untuk berjalan (egrang) dan kursi roda, yang diterimanya dari bantuan warga yang simpati.

“Pinginnya masuk sekolah. Tapi kayaknya belum berani. Ini masih trauma dari kejadian yang menimpa anak saya. Untuk kesembuhannya, masih kontrol ke rumah sakit tiap hari rabu,” ungkap Sumardiono, ayah Abdul Mukti.

Ayah korban ini berharap, agar pihak-pihak lainnya ikut membantu pemulihan anaknya, selain di lokasi sekolah.

Paling tidak, trauma healing juga dilaksanakan ke tiap rumah para korban. Sehingga pengalaman pahit atas tragedi ambruknya atap itu hilang.

“Dengan demikian, para korban pun ada gairah untuk mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) nantinya,” kata Sumardiono.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Arief Anas