FaktualNews.co

Dua Rumah Warga Renta di Probolinggo Gagal Dibedah, Material Kembali Diangkut

Peristiwa     Dibaca : 848 kali Penulis:
Dua Rumah Warga Renta di Probolinggo Gagal Dibedah, Material Kembali Diangkut
FaktualNews.co/Mojo
Misrin (baju kembangan), bersama Sipa (baju hitam).

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Harapan pasangan suami istri (Pasutri) Kusnadi dengan Sipa, bersama Sunan dan Misrini untuk memili tempat tinggal layak huni, gagal.

Bahan bangunan yang sudah dikirim ke rumahnya, diambil lagi oleh pelaksana program Rutilahu (Rumah Tidak Layak Huni), dalam hal ini Kodim 0820.

Agak sulit mencari rumah tinggal 2 pasutri yang tinggal di RT 03 RW 03, Desa Tegalrejo, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Meski sudah jelas alamatnya, namun karena ada tiga nama Kusnadi di Dusun Tesnan, sehingga pencarian sampai ke perbatasan Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo.

Setelah sampai di wilayah ujung selatan, akhirnya wartawan ini balik ke jalan yang baru dilaluinya, ke arah utara. Begitu bertemu seorang ibu yang lagi duduk di pos atau gardu, wartawan ini turun dan menanyakan rumah Kusnadi.

Bak gayung bersambut, ternyata perempuan renta yang bermain dengan cucunya itu, istri pria yang sedang dicari, yakni bernama Sipa.

Setelah membenarkan kalau suaminya gagal mendapat program bedah rumah atau Rutilahu, Sipa mengajak ke rumahnya. Untuk memperkenalkan dengan keluarganya yang juga batal mendapat program tersebut yakni Misrini, istri Sunan.

“Ya, benar. Tahu dari siapa sampean. Bukan saya saja, saudara saya juga dapat bedah rumah. Tapi gagal seperti saya,” ujarnya, Selasa (19/11/2019) siang.

Sipa memperkenalkan sejumlah wartawan kepada Misrini. Kedua suami dua perempuan yang usianya diatas kepala 6 ini, tidak bisa menemui wartawan dengan alasan belum pulang dari sawah. Sambil duduk di teras rumah tetangga sekaligus keluarganya tersebut, Sipa mengaku, amat terpukul.

“Benne todus pole, tapeh saya cone. (Bahasa Madura: Bukan malu lagi, tapi lebih dari malu),” ujar Sipa.

Lain lagi dengan Misrini. Perempuan tunanetra ini lebih ikhlas dan menyerahkan sepenuhnya ke sang pencipta. Hanya saja, ia terkejut saat mendengar kalau bahan bangunan seperti pasir, bata merah, kapur, semen, kayu usuk dan reng serta resplang yang sudah di rumahnya, diangkut lagi.

“Minggu kemarin diangkutnya. Yang ngangkut kampung Sugeng dan tentara. Nggak tahu dibawa kemana,” tandasnya.

Menurut kedua perempuan tersebut, bahan bangunan diangkut Minggu kemarin. Sedang rencananya, bedah rumah akan dimulai, Senin kemarin. Meski gagal rumahnya direhabilitasi, namun Misrini dan Sipa mengaku masih beruntung.

“Untungnya rumah kami belum dibongkar. Kalau dibongkar, ya blaen,” tambah Misrini.

Khairul, ketua RT 3 RW 4 membenarkan, kalau proyek bedah rumah di wilayahnya batal alias gagal dengan sebab yang belum diketahui. Sebenarnya, bukan 2 oang yang dapat program Rutilahu dari Kodim 0820, tetapi ada 3 warga.

“Semuanya ada tiga. Tiga-tiganya gagal. Nggak tahu alasannya, Kalau karena dukungan, tiga warga saya itu mendukung pak Tinggi (Kades). Dua kali pilihan, dukung pak kades,” tandasnya.

Meski sedikit kecewa, Pak RT ke depan berharap, warganya mendapat program bedah rumah lagi. Karena mereka memang layak mendapat program tersebut.

Hasil pantauan di lapangan, rumah tinggal Misrini dan Sipa, seluruh dindingnya masih gedek atau anyaman bambu. Tanpa jendela, juga tanpa ubin alias lantainya masih tanah.

Saat dikonfirmasi di rumah istrinya, kampung Sugeng mengatakan, yang mengangkut material adalah Babinsa Desa Tegalrejo. Hanya saja, ia tidak mengetahui di pindah kemana.

Diperoleh informasi, rumah Misrini dan Sipa gagal diperbaiki lantaran sebelumnya tidak izin kepala desa.

“Katanya karena tidak izin ke pak kades. Biasa, kalau tidak mendukung kepala desa, tidak diberi bantuan,” katanya singkat.

Terpisah, Kepala Desa Tegalrejo, Suhairul Halim mengatakan, persoalan tersebut dikarenakan miskomunikasi. Dirinya tidak menyuruh mengangkut material Rutilahu untuk memperbaiki rumah tinggal Misrini dan Sipa. Tetapi menyoal bedah rumah milik Kerti, yang tinggal satu dusun dengan 2 warga tersebut.

“Ini miskomunikasi. Babinsanya kan tidak pernah berkoordinasi dengan kami. Akhirnya jadinya seperti ini,” ujarnya.

Disebutkan, dirinya meminta bedah rumah Kerti dialihkan ke warga lain. Mengingat, Kerti sudah mendapat program yang sama yang didanai DD (Dana Desa). Suhairul Halim, tidak pernah menyuruh menggagalkan perbaikan rumah Sipa dan Misrini.

“Saat jalan-jalan saya terkejut melihat tumpukan material di rumah Kerti. Katanya dapat program bedah rumah dari kodim. Karena tempuk (ganda), akhirnya kami minta dialihkan ke warga lain,” tambahnya.

Ternyata, tak hanya material di rumah Kerti yang diangkut oleh Babinsa, material di rumah Misrini dan Sipa juga ikut diangkut. Padahal, kepala desa tidak menyuruh mengangkut material rumah Misrini dan Sipa.

“Memang kami tidak tahu. Karena babinsa tidak koordinasi dengan saya. Karena programnya tempuk, saya minta dialihkan ke yang lain. Rumah Kerti itu direhab dengan DD. Sejak Januari sudah ditetapkan dananya,” pungkas Kades setempat.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Arief Anas