PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Akhirnya, komisi III DPRD Kota Probolinggo, memanggil pihak-pihak yang berkaitan dengan kasus ambruknya bangunan proyek Pasar Baru. Diantaranya, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) beserta manajemen konstruksi PT Asta Kencana Arsimetama, termasuk rekanan atau kontraktor PT Trisna Karya.
Kasus yang membawa korban 7 pekerjanya mengalami luka-luka tersebut dihearing, pada Senin (25/11/2019) pukul 13.00 WIB.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) tersebut terkuak, penyebab bangunan rangka beton roboh, karena human error. Penyangga atau bantalan beton yang seharusnya besi, malah dari kayu. Selain itu, lemah dalam pengawasan.
Seperti diakui Bambang, perwakilan dari kontraktor PT Trisna Karya. Robohnya bangunan konstruksi lantai dua, karena kelalaian pekerjanya. Karenanya, ia meminta maaf atas kelalaian itu, sehingga menyebabkan bangunan roboh. Meski ada kendala, ia memastikan pekerjaan proyek akan sesuai jadwal.
“Kami akan berusaha maksimal, sehingga proyek selesai sesuai jadwal,” katanya.
Bambang membenarkan, kalau penyangga atau bantalan konstruksi cor yang seharusnya besi diganti kayu. Sehingga, bantalan cor tidak kuat menahan beban. Atas ketelodoran tersebut, Bambang akan mengganti bantalan cor dengan besi, sesuai saran komisi III.
“Ya benar, bantalan cor dari kayu, bukan dari besi,” ungkapnya.
Sementara itu, Hasyim dari PT Astana Kencana yang bertindak sebagai menejemen konstruksi (MK), penyebab robohnya bangunan konstruksi, akibat kontraktor tidak memperhatikan sarana yang dibutuhkan. PT Trisna Karya hanya mengandalkan sarana pluit dalam pelaksanaan pekerjaan. Padahal, lokasi bangunan yang dicor atau dibeton dengan kendaraan yang membawa bahan cor, amat jauh.
Sehingga, jika ada perintah dari pengawas bangunan tidak mendengar. Selain karena posisinya jauh dengan lokasi yang dicor, operator kendaraan cor tidak mendengar perintah dari pengawas, karena bunyi bising kendaraan.
“Mestinya pakai handy talky. Masak pakai pluit. Pasti bagian kendaraan cor, tidak mendengar kalau ada perintah penghentian,” tandasnya.
Tak hanya menyalahkan kontraktor, Hasyim juga menyalahkan dirinya sendiri. Mengingat, saat kejadian dirinya tidak ada di tempat, bahkan jarang mengawasi proyek, karena mengawasi proyek di tempat atau kota lain.
Dengan kejadian itu, pihaknya sudah mengontrak sebuah rumah untuk tempat tinggal. “Kami setiap hari akan ada di proyek. Kami sudah punya kontrakan di sini,” tandasnya.
Kepala Dinas PUPR, Amin Fredy mengatakan, ambruknya bangunan konstruksi, karena penyangga atau kolom tidak kuat menyangga beban cor. Sehingga, kosntruksi lantai 2 roboh.
“Jadi bahan cor menumpuk diatas kolom atau penyangga. Karena penyangganya tidak kuat, akhirnya konstruksi lantai 2 roboh. Lantai belum dicor. Jadi yang diisi bahan cor, kolom. Lantainya belum dicor,” tandasnya.
Penumpukan bahan cor tidak terjadi, jika pengawas pekerjaan memberi perintah ke pengemudi kendaraan mix agar mengentikan mesin-mesin pendorong material cor. Karena mungkin perintahnya tidak didengar hanya karena pluit, sehingga bahan cor terus keluar dan menumpuk di satu tempat.
“Masak kontraktor besar tidak punya handy talky,” katanya.
Ketua Komisi III Agus Riyanto meminta, meski ada kendala, pekerjaan hasus selesai tepat waktu. Pihak menejemen kontruksi dan kontraktor diminta untuk menambah pekerja dan jam kerja.
Selain itu, pengawasan juga lebih diperketat, baik pengawasan internal, MK, dan pengawas
dari pemerintah.
“Kami tidak ingin kecelakaan kerja seperti ini terjadi lagi. Pekerjaan harus selesai sesuai jadwal. Karena pembangunan pasar ini ditunggu masyarakat,” katanya.