PASURUAN, FaktualNews.co – Tempe adalah makanan tradisional yang sudah ratusan tahun dikenal masyarakat Jawa. Apalagi masyarakat Indonesia, semenjak masa penjajahan hingga sekarang, tempe masih eksis di berbagai penjuru. Bahkan tempe sudah tersebar diseluruh penjuru dunia.
Di Kabupaten Pasuruan, sentra pembuatan tempe tak hanya di Kecamatan Purwodadi dan Sukorejo saja. Melainkan di wilayah perkotaan seperti di Kecamatan Bangil. Lebih dari 200 KK (kepala keluarga) di Kelurahan Gempeng, bertahun-tahun menjadi pembuat atau pengrajin tempe.
Tempe yang mereka buat tak sekedar tempe, tapi betul-betul tempe yang berkualitas. Yakni gurih dan lezat tanpa ada rasa kecut (asam) maupun pahit yang kerapkali kita temukan di pasar-pasar tradisional maupun pasar modern pada umumnya.
Tempe asal kawasan Bangil ini, terlihat seperti tempe-tempe pada umumnya. Namun berbeda.
Salah satu pembuat tempe di Bangil adalah Endang Martiningsih (67), warga RT 03 RW 03, Lingkungan Ketanen, Kelurahan Gempeng. Usaha membuat tempe sudah dimulai sejak tahun 1970 alias 49 tahun lalu, lantaran suaminya kehilangan pekerjaan. Dari situ, dirinya memberanikan diri untuk membuat tempe sekaligus menjualnya.
“Kasihan lihat suami tidak kerja, jadi saya putuskan untuk membuat tempe. Alhamdulillah, ternyata banyak yang suka. Sehingga dengan banyaknya orang lain yang menyukainya, saya memutuskan untuk membuka usaha ini. Nah ternyata berkembang hingga sekarang,” ujar Endang, saat ditemui di rumahnya, Sabtu (30/11/2019).
Sebelum sesukses sekarang, Endang masih harus berjuang dari nol. Khususnya dalam mencari pembeli yang dia harap suka dengan tempenya.
Dikatakan, untuk memperoleh tempe yang berkualitas baik, maka kedelai yang digunakan juga harus yang berkualitas baik. Sehingga akan menghasilkan tempe yang berkualitas baik.
Selain itu juga tidak tercampur dengan biji-bijian yang lain, seperti jagung, kacang hijau dan biji-bijian lainnya. Bahkan, agar tempe benar-benar bersih, tak ada sedikitpun kulit kedelai yang masih menempel pada daging kedelai itu sendiri.
“Kebersihan adalah nomor satu, supaya tempe nya enak,” singkatnya.
Kebersihan yang dimaksud adalah proses keseluruhan dalam membuat tempe. Kata Endang, ketika merebus tempe harus menggunakan air bersih sekali pakai. Kalaupun ada kedelai yang dimasukkan kembali, prosentase air bersih dengan air sisa rebusan adalah 90 dibanding 10 persen.
Dalam sehari, Endang bisa membuat tempe sebanyak 1-3 kwintal dengan harga mulai dari Rp 1000 hingga Rp 40.000.
“Kalau yang Rp 40 ribu itu satu lembar tempe ukuran 30X40 sentimeter. Kalau yang Rp 1000 ya kecil. Sesuai kebutuhan masing-masing individu,” papar Endang.
Dalam membuat tempe, Endang tak sendirian. Kini, usahanya juga diteruskan anaknya, Farida (43) yang sukses meneruskan jejak keberhasilan dalam membuat tempe enak.
Kata Farida, dulu, tempe dikenal sebagai makanan rakyat alias makanan kelas bawah. Namun kini, semakin banyak orang yang menyukai tempe. Termasuk kaum vegetarian yang banyak membeli tempe kepadanya.
Farida mengaku hanya menjual di Pasar Bangil dan di rumah saja. Itu pun sudah kewalahan, karena banyak sekali yang membeli. “Pembeli pelanggan tempe kami sudah banyak tiap harinya. Mereka kebanyakan penjual sayur mayur yang keliling maupun buka bedak (toko) kelontong di rumah,” tegasnya.
Baik Endang maupun Farida sama-sama memberikan tips cara membuat tempe yang benar dan lezat:
Pertama, cucilah tampah, ayakan, kipas dan cukil yang akan digunakan, kemudian dikeringkan. Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian cuci hingga bersih. Rendam kacang kedelai yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan air dingin biasa.
Lepaskan kulit biji kedelai yang telah lunak, kemudian cuci atau bilas dengan menggunakan air bersih. Kukus /rebus biji kedelai tersebut sampai empuk.
Setelah biji kedelai terasa empuk, tuangkan biji-biji tersebut pada tampah yang telah dibersihkan, lalu diangin-anginkan dengan kipas/ kipas angin sambil diaduk-aduk hingga biji-biji tersebut terasa hangat.
Taburkan ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk supaya merata. Siapkan kantong plastik atau daun pisang, atau daun jati untuk pembungkus dengan memberi lubang-lubang kecil pada kantong tersebut dengan menggunakan lidi atau garpu.
Masukan kedelai yang telah diberi ragi tempe ke dalam pembungkusnya, atur ketebalannya sesuai dengan selera.