Derita Nenek Miskin Sumirah di Jember, Disabilitas Pembuat Sapu Lidi
JEMBER, FaktualNews.co – Hidup dalam kemiskinan, tidak membuat nenek Sumirah (65) warga RT 01 RW 11 Dusun /Desa Selodakon, Kecamatan Tanggul, Jember, menyerah menjalani hidup. Dengan kondisi fisik tidak memiliki jari tangan dan kaki, nenek yang hidup sebatang kara itu mengaku tidak pernah menyerah.
Memilih menjadi pengrajin sapu lidi demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, dilakoninya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dengan penghasilan yang kadang sehari hanya Rp 10 ribu dari membuat sapu lidi, dirasa kurang cukup. Tetapi nenek ini mengaku hanya bisa pasrah, dan bersyukur dengan apa yang didapat.
“Saya bekerja membuat sapu lidi, per hari bisa dapat lima buah sapu saya jual ke pengepul. Satu sapu dibeli dua ribu rupiah,” kata nenek Sumirah, Senin (2/12/2019) pagi, di gubuk reotnya yang berdinding gedek (anyaman bambu) berukuran 4 x 5 meter persegi itu.
Setiap harinya, nenek Sumirah berjalan sejauh 100 meter ke kebun kelapa milik tetangga, untuk mengambil daunnya yang jatuh sebagai bahan membuat sapu lidi. Namun terkadang jika nenek ini di rumah dan tidak mampu bekerja karena sakit, beberapa orang warga datang mengantarkan daun pohon kelapa itu.
“Biasanya waktu saya tidak bisa keluar, maklum umur semakin tua, jadi sakit-sakitan,” akunya.
Saat ditanya kemana suami dan anak-anaknya, dirinya hanya menyampaikan sudah lama meninggal. “Sudah lama suami saya meninggal, anak juga sama. Kalau ditanya kapan meninggalnya, dulu sudah. Lupa saya,” katanya.
Kini dengan kondisinya yang bergelut dengan kemiskinan itu, hanya bisa disyukuri olehnya. Terkadang dari tetangga kanan kiri, membantunya dengan mengantar makanan.
Lebih jauh terkait kondisi jari tangan dan kakinya yang tidak sempurna, Nenek Sumirah hanya mengaku sakit. Namun tidak tahu sakit apa yang dideritanya karena belum pernah diperiksanya ke dokter ataupun Puskesmas.
“Tidak punya uang nak untuk berobat. Jadi ya gini ini. Kadang sakit senut-senut ini jari-jari saya,” ungkapnya.
Dengan kondisi serba kekurangan itu, Nenek Sumirah memilih untuk tetap bekerja. Tanpa mengharap selalu mengemis bantuan dari pemerintah.
“Saya tidak pernah dapat bantuan apa-apa dari pemerintah. Apalagi pak tinggi (kepala desa, red). Pokoknya tetap bekerja dan mendapat penghasilan cukup,”pungkasnya.