SURABAYA, FaktualNews.co – Berinteraksi dengan mertua, selalu saja ada keluhan semacam ini, “saya bingung, kenapa ya mertua galak sekali? Padahal saya sudah berusaha untuk berbuat baik dan perhatian ke mertua saya. Tapi, kok, rasanya apa yang saya lakukan selalu salah.”
Atau begini, “kalau saya sedang main ke rumah mertua, mau bantu-bantu, malah selalu diprotes. Saya jadi bingung apa yang perlu saya lakukan.”
Merasa hubungan mertua tidak bisa semanis madu? Atau malah sampai menimbulkan perasaan bahwa mertua galak sampai tidak bisa menghargai perasaan Bunda?
Faktanya, ketegangan antara menantu perempuan dan ibu mertua memang bukan isapan jempol atau sekadar mitos. Setidaknya riset Dr. Terri Apter telah membuktikannya. Dalam bukunya What Do You Want From Me?, Psikolog dan tutor senior di Newnham College, Universias Cambridge itu mengatakan, lebih dari 60% perempuan mengaku merasakan ketegangan karena hubungan yang kurang sehat dengan ibu mertua.
Hal senada ditegaskan oleh psikolog Nadya Pramesrani. Ketika dihubungi theAsianparent Indonesia, ia mengatakan, “Hubungan antara ibu mertua dan memantu perempuan memang rasanya sering kali menimbulkan konflik, dan ini memang bisa terjadi lintas generasi.
Apa yang yang menyebabkan menantu perempuan sering mengalami konflik dengan ibu mertua bahkan menganggap mertua galak?
“Sebenarnya konflik ini muncul bisa disebabkan karena sebagai menantu perempuan, kita sering merasa serba salah duluan. Bingung menjalin hubungan dengan ibu mertua, kemudian ada perasaan takut salah di depan mertua. Tapi, kalau memang dipendam, ya bikin sakit hati juga. Sementara ibu mertua juga begitu, karena sama-sama perempuan, keduanya sering mengedepankan perasaan,” jelas Nadya.
Selanjutnya, Nadya mengutarakan, konflik antara menantu perempuan dengan ibu mertua sering disebabkan karena sang menantu tidak memberikan ‘ruang’ untuk mertuanya.
“Tidak ada salahnya, lho, mertua itu diberikan kesempatan, dikasih peran di dalam keluarga kecil. Biar bagaimana pun, di usia mereka, baik orang tua kita sendiri ataupun mertua sebenarnya membutuhkan kesempatan untuk bisa melakukan kontribusi. Jadi kenapa tidak komunikasikan, peran apa yang kira-kira bisa diberikan untuk mertua.”
Selain memberikan ruang untuk mertua, apa yang bisa dilakukan jika menghadapi mertua galak? Berikut empat tips yang dilansir theAsianparent Indonesia.
1. Jangan lupa melibatkan diri
Kalau main ke rumah mertua, saat kumpul-kumpul, jangan lupa untuk melibatkan diri. Cari tahu kira-kira apa yang dibutuhkan mertua.
Faktanya dari kasus yang saya hadapi, saat ini tidak sedikit menantu perempuan yang lupa diri, kurang sopan pada mertua. Biar bagaimana pun, mertua itu kan ibu sang suami.
2. Fokuskan pada sikap Anda
Kita tentu saja tidak bisa mengubah atau mengatur sikap orang lain, termasuk mertua. Jadi, semuanya akan balik ke diri kita sendiri, bagaimana harus bersikap dan berkomunikasi dengan mertua.
3. Turunkan ekspektasi
Terima saja kenyataan bahwa setiap hubungan pasti akan selalu ada kekecewaan. Dengan orangtua kita sendiri saja, konflik bisa terjadi? Bagaimana dengan mertua yang value dalam keluarga memang mungkin berbeda. Jadi, jaga ekpektasi.
4. Menyadari kalau memang sebenarnya ada masalah yang tidak bisa diselesaikan
Kadang, kita sebagai menantu juga harus sadar, ada situasi atau kondisi yang mungkin memang tidak bisa tidak bisa diselesaikan atau berubah. Misalnya, ada orangtua yang memang gaya bicaranya keras, sementara kita biasa dididik menggunakan bahasa halus. Kondisi ini yang kadang bisa menimbulkan konflik.