RIYADH, FaktualNews.co – Perayaan Natal secara terbuka telah lama dilarang di Arab Saudi dan masih terlarang hingga hari ini. Meskipun kerajaan itu menampung lebih dari 1,8 juta ekspatriat Kristen, komunitas itu tidak diizinkan mempraktikkan imannya di depan umum karena tidak ada gereja resmi di negara itu dan, tentu saja, tidak ada perayaan Natal.
Jadi, apa yang dilakukan oleh warga Kristen yang tinggal di Arab Saudi ketika tiba saatnya Natal? Yah, banyak dari mereka yang menjadikan negara penghasil minyak itu sebagai rumah sementara harus terbang pulang ke negara kampung halaman untuk liburan. Itu bagi yang berduit, tapi bagi mereka yang tidak mampu maka tidak ada pilihan selain diam-diam menjadi tuan rumah pertemuan perayaan Natal pribadi di rumah.
Selama beberapa tahun terakhir, perayaan Natal secara diam-diam menjadi fenomena penting di kerajaan Arab Saudi. Demikian dilansir stepfeed.com, Jumat (20/12/2019).
“Bahkan ketika saya pergi ke Beirut untuk studi kuliah saya, saya akan selalu terbang kembali ke Arab Saudi untuk merayakan Natal bersama keluarga. Ini adalah tradisi dan kita semua sudah terbiasa sekarang. Orang mungkin berpikir kita tidak merayakan Natal di Arab Saudi, tetapi kami melakukannya,” kata Lana (27), seorang guru berkebangsaan Lebanon yang telah 20 tahun lebih tinggal di Arab Saudi bersama keluarganya.
Menurut Lana, dengan tidak adanya perayaan umum Natal di Kerajaan Arab Saudi, keceriaan liburan akhit tahun praktis juga tidak ada. Tinggal di kompleks perumahan bersama orang asing lainnya telah membantu Lana dan keluarganya merayakan Natal dan menyelenggarakan pertemuan dan pesta setiap tahun tanpa masalah.
Perayaan Natal bersama warga asing di tempat tinggal Lana sama seperti perayaan di kampung halamannya. Hanya saja, menurut Lana, mereka tidak pergi ke gereja.
“Banyak makanan, musik, dekorasi merah dan hijau, lampu, dan, tentu saja, hadiah meskipun tidak ditemukan di bawah pohon Natal. Ini karena kerajaan melarang penjualan pohon Natal dan tidak diizinkan untuk secara pribadi mengimpornya ke negara itu. Jadi, kecuali Anda menyelundupkannya, Anda harus menjadi kreatif,” terang Lana, yang juga pendeta Kristen itu.
Mina (25), seorang manajer bisnis adalah seorang Kristen Koptik Mesir sudah tinggal di kerajaan Arab Saudi bersama istri dan putranya yang berusia tiga tahun selama lima tahun terakhir. Mina dan keluarganya tidak mampu terbang ke Mesir untuk merayakan Natal setiap tahun. Karenanya, dia dan keluarganya telah menghabiskan dua musim liburan di Arab Saudi. Mereka merayakan dengan komunitas kecil pemeluk Kristen Koptik yang tinggal dekat dengan mereka.
“Gereja adalah bagian besar dari Natal bagi kami sehingga tahun pertama kami berada di sini untuk liburan sangat berat bagi saya dan istri saya. Kami berdoa di rumah dan menyaksikan khotbah langsung secara online tetapi selalu ada perasaan bahwa ada sesuatu yang hilang. Anda pergi dan tidak ada yang mengingatkan Anda tentang Natal, jadi itu sulit,” kata Mina.
Musim liburan kedua keluarga di negara itu sekarang terasa lebih nyaman. Mina mengakui, itu dia rasakan setelah mereka bertemu teman-teman dan menjadi tuan rumah pertemuan Natal kecil-kecilan di rumah.
Reformasi baru-baru ini terjadi di kerajaan bersama dengan massa Koptik yang terjadi untuk pertama kalinya dalam sejarah negara itu tahun lalu telah membuat masyarakat cukup optimis atas masa depan mereka di Arab Saudi.