LAMONGAN, FaktualNews.co – Petani tambak di Lamongan masih harus bersabar. Betapa tidak, setelah empat bulan tidak bisa menebar ikan lantaran kemarau panjang, kini mereka dihadapkan dengan sulitnya mendapatkan benih ikan.
Seperti yang dialami salah satu petani tambak asal Kecamatan Turi, Eko Sujarwo. Dia mengaku nasibnya makin berat, meski harus bersabar lebih lama menunggu pasokan benih ikan datang.
“Baru satu lokasi (tambak) yang terisi. Itu pun pesan bibitnya seminggu lalu. Untuk mengisi lahan lainnya juga harus antri,” kata Sujarwo, saat memesan benih ikan, Kamis (02/01/2019).
Sementara itu, juragan bibit ikan Muda Jaya, Hambali mengatakan, kondisi ini terjadi lantaran ketersediaan bibit sangat terbatas dan harus pesan lebih dulu.
“Pesan dulu, dan itupun harus menunggu sampai seminggu kedepan. Harus antri,” kata Hambali, di gudangnya yang berada di jalan Jaksa Agung Suprapto.
Lebih jauh dia menjelaskan, sulitnya benih ikan, disebabkan telur-telur ikan yang baru saja ditetaskan, berubah warna menjadi memutih, hingga akhirnya benih itu mati. Hal itu, menimbulkan kendala saat proses pembibitan.
“Pasokan bibit dari Bali juga tidak banyak, hanya 24 kolam pembibitan,” jelasnya.
Saat ini, lanjutnya, permintaan bibit vaname dan nener sedang meningkat, sehingga belum bisa memenuhi permintaan.
“Dalam sehari biasanya 800 rean nener. Kalau vaname 600 sampai 700 rean. Permintaannya lebih dari itu,” ucap Hambali.
Situasi itu pun membuat harga benih vaname dan nener merangkak naik. Kenaikannya mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu per hari.
“Nener kemarin Rp 125 ribu. Kalau vaname Rp 135 ribu. Belum tahu besok kalau barangnya datang, bisa jadi naik lagi,” kata Hambali.
Kondisi tersebut membuat para petani tambak di Lamongan tidak bisa berbuat banyak, untuk bisa bertambak.