Peristiwa

Memprihatikan, Jalan Tembus di Kota Probolinggo Jadi Sungai Kala Hujan

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Konsisi jalan tembus di RT 1 RW 1 Kelurahan Kareng Lor, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo, memprihatinkan. Warga setempat yang mengendarai sepeda motor atau sepeda pancal, enggan dan tidak berani lewat di jalan tersebut.

Tak hanya itu, anak-anak sekolah juga tidak berani lewat. Mereka takut terpeleset dan jatuh yang akan berakibat pakaian dan sepatunya kotor. Warga yang lewat di jalan yang belum memilik nama itu, harus berjalan kaki saat hendak ke sawahnya.

Hal tersebut disampaikan Hj Sumik (65), warga setempat yang tempat tinggalnya di ujung utara jalan tersebut. Nenek yang setiap pagi ke sawahnya ini mengaku harus berhati-hati saat pulang dan pergi dari rumah ke sawah atau sebaliknya. Jika tidak, ia akan terpeleset dan jatuh di lumpur.

Dikatakan, jalan tidak bisa dilewati, terutama di ujung utara, dekat rumahnya. Oleh warga jalan dibuangi sampah rumah tangga, pekarangan dan kotoran ternak, sapi atau kambing. Selain licin dan becek, jalan tersebut kotor.

“Siapa yang mau lewat di sana, lha wong becek dan bau. Dibuangi kotoran sapi. Kalau tidak percaya, ayo ke sana,” ujarnya.

Sementara itu, Neman (45), ketua RT 1 RW 1 membenarkan apa yang dikatakan Sumik. Namun begitu, warga siap membersihkan, asal jalan di depan rumah sepanjang 0,5 km itu dibenahi atau diaspal oleh Pemkot.

“Ya dibuangi sampah. Kotor dan becek. Warga siap kerja bakti kalau memang mau diperbaiki,” tandasnya.

Pria beranak dua ini mengaku, sudah sering mengirim foto jalan saat hujan deras. Baik ke pihak kelurahan, kecamatan, bahkan dikirim ke Wali Kota. namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda untuk diperbaiki. “Kemarin malam saya dipanggil pak camat. Saya datang meski hujan deras. Nanya soal jalan ini. Saya bilang apa adanya,” katanya.

Disebutkan, jalan tembus yang menghubungkan warga Kelurahan Kareng Lor dengan Kareng Kidul, Kecamatan Wonomerto, kabupaten Probolinggo, memiliki dua fungsi. Saat kemarau, berfungsi jalan tembus. Sedang saat musim penghujan tiba, dialiri air hujan. “Kalau kemarau jadi jalan. Jika hujan, menjadi sungai. Karena posisinya menurun,” jelasnya.

Ditambahkan, jalan selebar 3 meter itu pernah diaspal. Namun, aspalnya rusak digerus air. Dan aspal tidak kelihatan karena tertimbun tanah atau lumpur. Bahkan saluran di barat jalan, juga tidak kelihatan, lantaran tertimbun lumpur. “Tiga tahun lalu diaspal. Tapi berubah seperti ini. Ya, karena hujan,” tambahnya.

Nemen dan warga lain berharap, jalan yang tidak berfungsi tersebut segera diperbaiki. Agar masyarakat bisa lewat di jalan itu baik musim kemarau maupun musim hujan. Saat ini, warga jika hendak keluar rumah lewat di jalan pintas, lewat di pematang sawah dan pekarangan warga.

“Lewat di jalan setapak diatas galeng. Terus lewat di pekarangan warga,” pungkasnya.