JOMBANG, FaktualNews.co-Lama tak terdengar kabarnya, Ponari (21), dukun cilik yang pada 2009 menghebohkan publik, mendadak muncul dengan kabar bahagia.
Sabtu (11/1/2020) lalu, Ponari, yang kini berusia 21 tahun, mendadak viral di jagat maya, utamanya di media sosial (medsos) facebook.
Itu setelah foto-fotonya menghiasi medsos yang diunggah akun facebook @Aminatuz Zuroh.
Sejumlah foto tersebut bukan sembarang foto, melainkan foto-foto acara Ponari meminang gadis pujaannya.
Dalam foto itu Ponari dan calon istrinya terlihat menunjukkan cincin yang melingkar di jari manis mereka.
Ponari, yang bernama lengkap Mohammad Ponari Rahmatulloh itu meminang gadis pujaannya, Aminatuz Zuroh (22), si pengunggah foto-foto itu sendiri.
Lamaran tersebut berlangsung di kediaman Aminatuz, di Dusun Sumber, Desa Sukosari, Kecamatan Jogoroto, Jombang.
Ponari sendiri belum bisa dikonfirmasi karena saat coba ditemui Jumat (17/1/2020) di kediamannya, sampai sore, yang bersangkutan belum pulang dari aktivitasnya bekerja di sebuah perusahaan obat-obatan herbal di Jombang.
Namun secara kebetulan, calon istrinya, Aminatuz Zuroh, bertandang ke rumah Ponari, guna menemui orang tua Ponari, pasangan suami-istri Khamsin (50) dan Mukharomah (39). Sehingga bisa langsung memberikan konfirmasi.
Aminatus Zuroh mengaku berpacaran dengan Ponari sejak Juli 2019. Saat itu keduanya masih sama-sama bekerja di perusahaan makanan ringan (snack), CV Surya Kencana Food (SKF), Jalan Brigjen Kretarto, Jombang.
Kini Ponari sudah pindah kerja di sebuah perusahaan pemasaran obat-obat herbal. Sedangkan Aminatuz Zuroh tetap di perusahaan jajanan ringan.
“Semula sih biasa saja, lama-lama kami akrab, saling dekat. Dan kemudian berlanjut ke hubungan asmara. Itu terjadi bulan Juli 2019,” kata Aminatuz Zuroh, di kediaman orang tua Ponari, Jumat (17/1/2020) sore.
Bagi Aminatuz Zuroh, bungsu empat bersaudara dari pasangan Solikhin (64) dan Nipah (64), yang membuatnya jatuh hati kepada Ponari adalah orangnya baik hati, pendiam, tapi murah senyum.
Dan yang agak lucu, saat sudah membina hubungan serius dengan Ponari (yang disapanya dengan Mas Ari), Aminatuz tidak tahu sama sekali, pemuda yang menjadi kekasihnya itu dulu pernah tenar sebagai dukun cilik, yakni saat Ponari usia 10 tahun.
“Saya baru tahu Mas Ari ternyata dukun cilik yang pernah tenar, ya belakangan ini saja, menjelang lamaran. Itu pun setelah diberi tahu teman-teman,” tutur Zuroh.
Disinggung kapan akan naik ke pelaminan, Zuroh belum bisa memastikan. Dia hanya memastikan, Februari nanti pihak orang tuanya akan secara resmi ‘membalas’ pinangan dari Ponari, dengan berkunjung ke rumah orang tua Ponari.
“Saat itulah akan disepakati dan dipastikan tanggal berapa kami melangsungkan akad nikah,” terang gadis lulusan SMK Negeri 1 Mojoagung, Jombang ini.
Mukharomah, ibunda Ponari, mengaku setuju saja anaknya menemukan gadis yang dicintainya, Aminatuz Zuroh.
“Bagi kami, sebagai orang tua Ponari, setuju saja yang atas pilihan anak. Apalagi gadis pilihannya perilakunya juga baik,” kata Mukharomah, yang ikut menemui, kepada FaktualNews.co.
Sekadar mengingatkan, nama Ponari, anak kecil yang masih duduk di kelas tiga SDN Balongsari, Kecamatan Megaluh, dikabarkan Ponari menemukan batu ‘ajaib’.
Batu itu ditemukan saat dia ada geledek menyambar, tak jauh dari dirinya berdiri. Itu terjadi awal 2019.
Batu yang ditemukan Ponari itulah yang kemudian dianggap keramat dan mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
Caranya, batu dicelupkan ke air oleh tangan Ponari, kemudian air tersebut diusapkan ke bagian badan yang sakit.
Kabar tersebut cepat menyebar, dan ribuan warga setiap hari berdatangan dari penjuru Indonesia, ke rumah Ponari untuk mencari kesembuhan.
Ponari yang saat itu masih usia 10 tahun, digendong kerabatnya, Waris, agar bisa mencelupkan batu ke ratusan gelas yang dibawa pasiennya.
Seiring berjalannya waktu, pasien Ponari berangsur menyusut. Meskipun sampai sekarang masih ada saja yang datang ke rumah Ponari untuk mencari kesembuhan dengan batu yang dianggap bertuah tersebut.
Di luar itu, dari kiprah Ponari sebagai dukun cilik tersebut, bisa mengangkat taraf ekonomi keluarganya.
Sebab, setiap ‘pasien’ yang datang, selalu memasukkan uang ke kotak yang disediakan, secara suka rela.
Selain itu, dari banyaknya warga yang datang, warga setempat juga kecipratan rezeki.
Puluhan lapak pedagang makan dan minuman bermunculan, serta usaha parkir yang dikelola pemuda setempat.
Konon saat itu, uang yang beredar di desa setempat, bisa mencapai ratusan juta setiap hari. Terutama jika hari Jumat, Sabtu dan Minggu.