FaktualNews.co

Sepulang dari Cina, Dua Mahasiswa Asal Lamongan Menjalani Monitoring Kesehatan

Kesehatan     Dibaca : 1013 kali Penulis:
Sepulang dari Cina, Dua Mahasiswa Asal Lamongan Menjalani Monitoring Kesehatan
Faktualnews.co/Ahmad Faisol
Shelva Mahasiswa Cina asal Lamongan menjalani pemeriksaan kesehatan.

LAMONGAN, FaktualNews.co – Terkait kepulangannya secara mandiri dari Cina yang sedang diserang wabah virus Corona, lima mahasiswa asal Lamongan akan mendapatkan pendampingan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Lamongan.

“Nanti mereka akan dikarantina di rumah masing-masing, dilarang keluar selama 14 hari. Nanti untuk memantau kesehatan mereka akan dilakukan petugas Puskesmas di masing-masing kecamatan,” kata Sudjito, Kepala Kesbangpol, Selasa (4/2/2020).

Lima mahasiswa yang pulang secara mandiri, yakni Nurul Hikmawati, asal Desa Takerharjo, Kecamatan Solokuro dan Iffa Maratus Shohibul Birri asal Desa Jetak, Kecamatan Paciran. Serta dua mahasiswa asal Kecamatan Lamongan, yaitu Fierdaus Budhi Raharja, warga Perumnas Made, Aulia Fatihah, asal Kelurahan Sukorejo.

Sementara ada tiga lainnya, mahasiswa Unesa asal Lamongan yang dipulangkan pemerintah yang kini menjalani observasi di Natuna bersama ratusan WNI lainnya.

“Saat ini ada sembilan mahasiswa asal Lamongan yang ada di Cina, yaitu lima pulang secara mandiri, tiga dipulangkan pemerintah dan satu lagi, Muhammad Nurul Khozin, warga Perumda Deket, Lamongan yang belum mau pulang karena jarak tempat dia kuliah itu sangat jauh dengan Wuhan dan dia merasa tidak ada masalah,” terang Sudjito.

Sementara itu, saat ini ada dua mahasiswa yang baru saja pulang dari Cina menjalani monitoring kesehatan di Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Lamongan. Keduanya adalah Shelva Reza Farisqi, asal Desa Wanar, Kecamatan Pucuk yang menempuh pendidikan di Guangxi Overseas Chinese School dan Iffa Maratus Shohibul Birri asal Desa Jetak, Kecamatan Paciran yang menempuh pendidikan S2 di Tianjin Foreign Studies University.

Keduanya memutuskan untuk pulang dari tempat mereka menimba ilmu, karena merasa takut dengan penyebaran virus Corona.

Usai menjalani kemeriksaan kesehatan berada di Kantor Bakesbangpol, Shelva mengaku sebenarnya rencana tidak pulang, tapi teman-temannya mengajak pulang gara-gara ada virus Corona ini jadi kita ikut pulang sekalian.

“Soalnya di sana juga sepi karena waktu liburan kuliah dan liburannya juga diperpanjang oleh Pemerintah Cina dan tidak boleh kembali sebelum situasi di sana aman,” kata Shelva.

Menurut Shelva, sebenarnya Ia tidak memiliki rencana untuk pulang ke tanah air karena ingin menikmati liburan musim dingin di Cina, namun wabah virus corona membuat rencananya itu berubah.

“Sebenarnya liburnya mulai 9 Januari sampai 23 Februari, tapi rencananya nggak pulang karena pingin liburan musim dingin di sana,” ujarnya.

Shelva mengaku baru 3 bulan berada di Kota Nanning, Provinsi Guangxi, dan masih kursus bahasa mandarin di Guangxi Overseas Chinese School, sebelum menduduki bangku kuliah.

“Belum kuliah, masih ambil kursus bahasa dulu satu tahun. Karena kalau belum lancar bahasanya belum boleh ambil jurusan. Rencanannya Kalau tidak ambil manajemen ya sastra mandarin,” pungkasnya.

Iffa Maratus Shohibul Birri yang sekarang sudah berada di Indonesia tidak di Wuhan terlebih dahulu mengatakan. “Yang di Natuna diperuntukkan bagi anak-anak Wuhan, saya sudah di rumah Lamongan sejak kemarin sore dan bersyukur sekarang dalam keadaan sehat,” kata Iffa.

Mereka berharap wabah virus Corona yang melanda Cina segera berakhir agar dapat melanjutkan pendidikan lagi.

Namun pemerintah Indonesia memberi pemberitahuan bahwa : Pemerintah Indonesia telah membatalkan sementara tanda pendaratan bagi wisatawan Cina. Mulai 5 Februari, semua penerbangan dari Cina ke Indonesia akan ditangguhkan, termasuk penerbangan dari Indonesia ke Cina. Penerbangan dari Cina tidak diizinkan untuk terhubung ke negara lain di Indonesia dan Orang dari Cina (baik warga Indonesia atau orang asing) harus dikarantina selama minimal 14 hari.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh