Terkait Virus Corona, Pelajar dan Mahasiswa China Asal Sumenep Berkisah
SUMENEP, FaktualNews.co – Bagaimana mencekamnya wabah virus Corona di Wuhan yang menggemparkan dunia. Seorang pelajar dan dua mahasiswa asal Sumenep, Madura, Jawa Timur, menceritakan ketika ketiganya menempuh pendidikan di sekolah dan kampus masing masing. Karena ketiganya dipaksa keluarganya bertolak ke kampung halaman, kini mereka sudah di rumahnya masing-masing.
Akhmad Naufal, adalah pelajar jalur beasiswa dari LKPBT Jawa Timur, untuk mengenyam pendidikan di Guangxi Overseas Chinese School. Saat ini Naufal duduk di bangku kelas XI (Kelas 2) SMA, di Kota Nanning, Provinsi Guangxi, yang tak jauh dari Wuhan.
Naufal bercerita, dia dipaksa pulang kelurganya, karena kabar wabah virus Corona Wuhan yang kian hari kian mencekam. Sehingga untuk menghindari terjangkitnya virus tersebut, ia memutuskan pulang ke kampung halaman di pulau Garam dengan biaya pribadi.
“Saya sekarang kelas 2 di Guangxi Overseas Chinese School. Karena wabah virus Corona, saya dipaksa pulang keluarga. Untuk bisa sampai di Indonesia saya dibiayai orang tua, bukan dari pemerintah,” tuturnya. Senin (10/2/2020).
Hal senada disampaikan mahasiswi yang sedang memempuh pendidikan di Fuzhou University, Kota Fuzhou, Provinsi Fujian. Dara cantik bernama Maftuhatus Shobah Fitrotil Habiebah ini mengaku tidak ada niatan untuk mengasingkan diri ke kampung halaman. Karena sejumlah WNI yang berada di sana, khususnya pelajar selalu melakukan medical chackup untuk memastikan kesehatan.
“Sebenarnya saya pribadi tidak ada niatan untuk pulang. Selain karena kami di sana secara rutin telah memeriksa kesehatan. Kami juga ada di asrama, jadi cukup aman lah,” terangnya.
Namun selang sebulan wadah Corona melanda Wuhan, lanjut Iif sapaan akrab Maftuhatus Shobah Fitrotil Habiebah, sejumlah pusat perbelanjaan di daerahnya banyak yang tutup. Sehingga untuk kebutuhan sehari hari semakin menipis.
“Keadaan yang semakin buruk dan mencekam inilah yang kemaksa kami untuk pulang ke Indonesia bersama mahasiswa lainnya,” kata dia.
Sementara menurut mahasiswa yang menempuh jurusan Bahasa dan Budaya Mandarin di Huaqiao University, Kota Xiamen, Provinsi Fujian, Fikri Haikal, yang saat ini sudah semester 4 ini berharap penyakit Corona di tempatnya menimba ilmu segera selesai. Sehingga ia bersama pelajar lainnya bisa segera menuntaskan pendidikan.
“Kami hanya berharap, wabah penyakit ini segera teratasi. Sehingga kami bisa segera kembali ke kampus untuk melanjutkan pendidikan,” harapnya.
Cerita itu, mereka sampaikan dalam meet and greet yang difasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obatan Terlarang (P2NOT) Sumenep, Senin (1/2/2020) siang.
Direktur P2NOT Sumenep, Zamrud Khan mengaku tergugah untuk bertemu dengan mereka, utamanya mendengarkan langsung cerita soal kondisi riil virus mematikan tersebut.
“Kami ingin sharing dengan para pelajar dan mahasiswa asal Sumenep yang menempuh pendidikan di China. Makanya kita inisiasi untuk menggelar meet and greet,” terangnya.
Dari keprihatinan itu, mantan Komisioner Panwaskab (Bawaslu, saat ini), berniat menjadikan pelajar dan mahasiswa yang menempuh pendidikan di China tersebut sebagai duta anti narkoba.
“Mereka para pelajar ini, dapat memberikan informasi kepada kita di Indonesia, seperti apa peredaran narkotika di sana? Mereka pun kita minta untuk dapat membantu mensosialisasikan bahaya narkoba utamanya untuk sesama pelajar yang WNI. Maunya kita jadikan mereka sebagai duta anti narkoba,” tegasnya.
Lembaga yang konsen dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obatan Terlarang tersebut, mengaku prihatin. Demikian karena tidak adanya kepedulian dari pemerintah untuk memikirkan nasib para pelajar dan mahasiswa.
Umumnya WNI asal Sumenep yang berada di luar negeri, untuk pulang agar terhindar dari wadah virus corona di Wuhan tersebut.
“Kami prihatin mendengar cerita mereka pulang dengan biaya sendiri tanpa difasilitasi pemerintah daerah. Insya Allah jika nanti di negara tempat mereka belajar sudah aman, kita bisa bantu,” tandas Zamrud.