Pendidikan

Tim Unicef Kunjungi Sekolah Inklusif di Pasuruan

PASURUAN, FaktualNews.co -Sejumlah utusan dari Unicef (The United Nations Children’s Fund) wilayah Jawa, mengunjungi SD Al Kautsar, Kota Pasuruan, Selasa (11/2/2020) pagi.

Para utusan ini hadir melihat langsung sekolah yang telah menerapkan inklusi (anak berkebutuhan khusus) sejak tahun 2013. Selain kunjungi Kota Pasuruan, tim Unicef itu direncanakan juga ke Bondowoso.

Puluhan utusan ini disambut atraksi drum band, beladiri tapak suci, pendidikan jasmani adaptif, tampilan gamelan dan aksi murid dengan robotik anak-anak inklusi.

“Kami datang karena SD Al Kautsar ini telah menerapkan program inklusi,” papar Arie Lukmantara, Kepala Unicef untuk wilayah Jawa.

Dijelaskannya, dikunjunginya SD swasta di Kota Pasuruan ini, karena jauh sebelum pemerintah pusat dan daerah terapkan program inklusi sejak tahun 2013 lalu.

“Dengan program ini kita kenalkan kepada semua sekolah di kota pasuruan dan hasilnya baik. SD Al Kautsar dijadikan pilot project,” urai dia.

Bahkan lanjut Arie, program inklusi ini sudah menjadi kebijakan nasional. Karenanya SD Al Kautsar jadi rujukan nasional. Tak hanya itu, prestasi anak-anak SD ini yang cukup membanggakan. Berbagai kreatifitas mereka juga lakukan dengan baik, seperti drum band, pencak silat maupun atraksi robotik.

Pihaknya berharap sejumlah prestasi sekolah yang sudah menerapkan program inklusi ini, diharapkan bisa menjadi sumber inspirasi bagi seluruh sekolah lain di Indonesia.

“Keberhasilan program ini, harus ada penambahan kapasitas dari guru pendamping, tentang metode dan asesmen,” jelasnya.

Arie memastikan keberhasilan inklusi harus diperhatikan ditunjang bagaimana mengelola kelas dan ruangan yang baik bagi anak-anak inklusi. Pihaknya akan dukung kebutuhan SD Al Kautsar dan sekolah lain terkait inklusi.

“Kita akan promosikan Al Kautsar jadi contoh di Indonesia, bahkan dunia,” beber Arie.

Sementara itu, Kepala Sekolah SD Al Kautsar, Suyatno menyambut baik keinginan pihak Unicef untuk bersinergi. “Kami sudah menerapkan program inklusi sejak tahun 2013 lalu. Sistem kami tak memilah anak-anak inklusi dalam satu kelas, namun mereka kita masukkan ke kelas reguler,” ujarnya.

Upaya ini berhasil, setelah mereka membaur dengan lainnya di kelas reguler.

“Mereka tetap nyaman dalam kegiatan belajar. Jadi di sekolah ini menerapkan 3 jenjang untuk kelas yakni reguler bagi anak-anak mampu, tak mampu masuk kurikulum khusus, tak mampu, tanpa kurikulum,” pungkasnya.