Kesehatan

Virus Corona, Pemprov Jatim Kawal Kepulangan 65 Warganya dari Natuna

SURABAYA, FaktualNews.co-Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) akan mengawal kepulangan 65 warganya dari Pulau Natuna pasca menjalani karantina, untuk memastikan tidak terjangkit virus corona.

Hal ini disampaikan Gubernur Khofifah Indar Parawansa, di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (14/2/2020).

“Kami akan kawal betul proses pemulangannya. Memastikan ke-65 orang tersebut bisa kembali sehat dan kembali berkumpul dengan keluarganya,” ujar Khofifah di hadapan awak media.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Khofifah meminta masyarakat Jawa Timur tidak lagi khawatir secara berlebihan atas kepulangan mereka.

Sebab, kata dia, pihak Kementerian Kesehatan RI telah melakukan observasi selama 14 hari guna memastikan ada tidaknya paparan virus yang telah merenggut ribuan nyawa manusia di dunia tersebut.

“Kemenkes (Kementerian Kesehatan) sudah melakukan observasi 14 hari dan tidak ada satu pun dari mereka menunjukkan gejala terinfeksi virus corona. Mereka telah mengantongi surat keterangan sehat dari Kemenkes, jadi tidak perlu khawatir,” tegas Khofifah.

Meski begitu, pihaknya mengingatkan masyarakat tetap waspada terhadap ancaman penularan virus corona dengan menerapkan pola hidup sehat.

Apabila menjumpai anggota keluarga yang sakit atau menunjukkan gejala-gejala seperti flu, batuk hingga sesak nafas. Khofifah minta supaya segera dibawa ke pusat layanan kesehatan yang ditunjuk.

“Pemprov Jatim menyiapkan tiga rumah sakit untuk memberikan layanan terkait ini, yaitu RSUD Dr Soetomo Surabaya, RSUD Dr Saiful Anwar Malang dan RSUD Dr Soedono, Madiun,” tutupnya.

Diketahui, 238 orang WNI yang dibawa pulang dari Wuhan China, terdapat 65 orang dari Jawa Timur.

Meliputi, tiga orang warga Sidoarjo, 34 orang warga Surabaya, satu orang warga Tuban, satu orang warga Banyuwangi, satu orang warga Bondowoso, satu orang warga Gresik, satu orang warga Jember.

Kemudian empat orang warga Kediri, dua orang warga Lamongan, empat orang warga Lumajang, tujuh orang warga Malang, satu orang warga Pamekasan, satu orang warga Ponorogo dan tiga orang warga Probolinggo.