LAMONGAN, FaktualNews.co-Ayu Winda Puspitasari (25), satu dari sejumlah mahasiswa di Universitas Tiongkok, Kecamatan Luonan, Distrik Hongshan Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei, China.
Gadis asal Lamongan tersebut menempuh pendidikan S-2 jurusan Ilmu Pendidikan Bahasa Mandarin.
Ditemui di kediamannya Jalan HOS Cokroaminoto Gang Siwalan no 5, Lingkungan Ngaglik Timur, Kelurahan Sukorejo, Lamongan, Ayu Winda menceritakan dari awal sebelum merebaknya virus Corona, kemudian observasi hingga sampai di rumahnya.
“Virus Corona muncul dari Pasar Hankuu dekat stasiun kereta api yang dulunya pasar seafood. Kini menjadi pasar segala jenis hewan untuk dimakan. Hingga banyak yang terinfeksi dan meninggal dari pedagang pasar. Oleh pemerintah China pasar hewan ini ditutup Desember 2019,” kata Winda, Minggu (16/2/2020).
Banyak pedagang yang menjual segala jenis hewan untuk dimakan, dan laris. Sebab rasa ingin tahu masyarakat China sangat tinggi terkait kuliner.
“Di sana bebas. Ada kucing, ular, kekelawar dan semua jenis hewan. Karena kumuh dan bau, maka sejak dari dulu saya tidak berani masuk, hanya lewat saja,” katanya.
Begitu virus Corona menyebar, Kota Wuhan kondisinya sangat sepi. Bahkan para mahasiswa Indonesia di sana tidak pernah keluar dari 23 Januari hingga 1 Pebruari 2020.
“Komunikasi tidak berani langsung, hanya komunikasi dengan teman kampus. Itu pun yang sama-sama asal indonesia, dan hanya hidup di dalam kampus dan tidak pernah keluar kecuali membeli sayur untuk makan,” cerita Winda.
Pihak kampus sendiri melarang mahasiswa keluar kampus saat itu. Para mahasiswa baru bicara dengan warga selain WNI di saat membeli dan belanja kebutuhan makan. “Bicara dengan warga China hanya beli sayur yang ada di lingkungan kampus,” jelasnya.
Saat dijemput pemerintah Indonesia di bandara Internasional China dan diobservasi terlebih dahulu di Natuna, Winda hanya membawa beberapa baju dalam satu tas.
“Tidak bawa baju banyak, karena tidak boleh. Namun saat di Natuna dikasih baju loreng oleh TNI dan tidur di velbed (tempat tidur lipat) tentara, sehingga saya sering jauh,” kata Winda saat di Natuna.
Observasi memakan waktu 14 hari dan kemudian diterbangkan kembali ke wilayah asal masing-masing.
“Saat turun dari pesawat di Bandara Juanda Surabaya, pihak TNI melarang kami memakai masker, katanya biar kelihatan kalau sehat,” kata Winda.
Winda dan semua mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di China, berharap pemerintah China segera menuntaskan virus dan ditemukan obatnya, agar bisa bersekolah lagi.
Winda juga terima kasih pemerintah Indonesia telah mengevakuasi dirinya dan mahasiwa Indonesia di Wuhan dengan baik.