Gagalnya Upaya Paksa ‘Polisi’ Menangkap MSA Versi Warga
JOMBANG, FaktualNews.co – Gagalnya tim penyidik yang diduga dari Polda Jatim, menangkap tersangka MSA, dibenarkan warga sekitar lokasi. Sejumlah warga menceritakan secara detail drama ketidakberhasilan ‘polisi’ menangkap putra kiai pendiri Pondok Pesantren Majma’al Bahroin Hubbul Wathon Minal Iman Ploso, Jombang ini.
Yuli (45) pemilik warung bakso Baqoroh Cukir Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur, tempat dimana upaya paksa dilakukan beberapa orang yang diduga polisi berseragam preman terhadap MSA, membenarkan insiden tersebut.
Menurutnya pada sabtu (15/2/2020) sekitar pukul 14.00 WIB sempat terjadi kegaduhan di warungnya.
“Saya memang tidak melihat langsung, kebetulan Ayah (suami) yang jaga warung. Tapi saat ini suami keluar ke Ngoro. Yang pasti, menurut cerita suami, memang benar ada kejadian gaduh di warung bakso kami,” terang Yuli.
Dipastikan, berdasar cerita yang ada dirinya dapat dari sang suami. Ada sekelompok orang berpakaian preman hendak melakukan penangkapan hingga sempat mengeluarkan tembakan ke udara sebanyak tiga kali.
Senada juga disampaikan Nuraini (47). Perempuan yang rumahnya berdekatan dengan warung bakso Baqoroh inipun membenarkan adanya upaya penangkapan dari ‘polisi’ terhadap putra kiai Muchtar Mu’thi.
“Memang rame, dengar-dengar yang mau ditangkap putra ne Kiai Tar, tapi lebih jelasnya saya kurang paham,” terang Nuraini.
Sejumlah warga lain juga mengungkap hal yang sama. Hafid (53) warga yang juga rumahnya berdekatan dengan warung bakso Baqoroh, menyebut kegaduhan terjadi antara sejumlah santri dan aparat penegak hukum.
“Shiddiqiyyah ada kegiatan santunan janda dan warga miskin di sini (Desa Cukir). Lokasinya di balai desa. Begitu acara selesai, tiba-tiba keributan terjadi di bakso Baqoroh itu,” terangnya, yang diamini sejumlah warga lain.
Hafid dan beberapa pria ini, kebetulan saat ditemui sedang bercengkerama di pinggir jalan sekitar warung bakso Baqoroh, senin (17/2/2020).
Kepala Desa Cukir, Sawung Agus Basuki juga mengakui tentang gagalnya penangkapan MSA yang dramatis. “Jadi memang ada kegiatan bakti sosial dari Shiddiqiyyah di balai desa pada hari Sabtu. Ada paket sembako sejumlah 207 yang dibagikan,” ungkap Basuki.
Usai kegiatan, Basuki berusaha mencari keberadaan MSA untuk mengucapkan terima kasih. Namun MSA justru berada di warung bakso Baqoroh.
Dia pun mendatangi MSA di warung bakso tersebut. Usai mengucapkan terima kasih, dia kembali ke balai desa. Sesaat setelah kepergian dia inilah proses penangkapan MSA terjadi.
“Kami juga gak menyangka, padahal rombongan juga dikawal mobil polisi sepanjang perjalanan. Di lokasi baksos juga ada tiga orang polisi dari Polsek Diwek, kemudian ada tiga orang Intel dari Polres, tapi yang nangkap itu katanya dari Polda,” tambah dia.
Pasca terdengar suara yang mirip petasan sebanyak tiga kali, dia pun mendatangi lokasi sumber suara. Ia mengaku melihat ada seorang santri yang mengawal MSA diamankan kedalam sebuah mobil. Dia pun berinisiatif menanyakan perihal yang terjadi. Sang pemilik warung akhirnya bercerita panjang lebar kepada Basuki.
“Jadi saat MSA dan sekitar enam orang santrinya berada di warung bakso ini, ada seorang pria turun dari mobil. Pria ini memesan bakso tanpa mie dan kuah,” tutur Basuki.
Pesanan ini langsung dibayar oleh pria tersebut. Belum sempat dimakan, turun satu lagi dari mobil yang sama, seorang pria membawa map yang langsung menghampiri tempat duduk MSA. Pria ini kemudian, menunjukkan isi map yang diduga surat penangkapan. Pria yang memesan bakso langsung memiting batang leher MSA.
Mengetahui MSA dipiting, beberapa santri yang mengawal dengan sigap melakukan perlawanan.
“Pria yang miting MSA itu langsung didorong oleh salah santri. MSA yang lepas dari pitingan petugas ini langsung lari dan masuk mobil kemudian langsung tancap gas” tambah Basuki.
‘Polisi’ yang mendapat perlawan kemudian mengeluarkan senjata dan menembakan ke udara sebanyak tiga kali.
Mendapati buruannya kabur, masih kata Basuki, sebagai gantinya salah seorang santri diamankan kedalam mobil yang ditumpangi kedua pria yang diduga polisi tersebut.
“Jadi tidak ada borgol yang dibawa lari, karena memang tidak diborgol hanya dipiting saja. Massa juga gak ada. Cuma sekitar lima sampai dengan enam santri saja yang ngawal. Polisi cuma tiga yang turun sisanya ada didalam mobil. Kalau perkiraan antara polisi dan santri jumlahnya sama,” ungkap Basuki memungkasi.
Upaya paksa pemanggilan MSA Polda Jatim, sendiri dikabarkan gagal. Berdasar informasi yang didapat redaksi Kelompok Faktual Media, Minggu (16/2/2020) menyebut, polisi yang berusaha menangkap MSA kalah dalam jumlah massa.
Akibatnya MSA bisa lolos dari sergapan petugas. Belum ada keterangan resmi dari pihak Polda Jatim perihal tersebut.
Kabidhumas Polda Jatim, Kombespol Trunoyudo Wisnu Andiko ketika dikonfirmasi mengatakan belum mendengar kabar gagalnya upaya penangkapan tersebut.
“Aku belum dapat kabar, tadi aku WA (Whatsapp) an nggak nyinggung itu, Pak Dirkrimum,” katanya dalam sambungan telepon kepada FaktualNews.co.
Truno pun menyampaikan akan segera mengecek kebenaran kabar tersebut. Ia berjanji akan memberi kabar lebih lanjut jika memang ada upaya penangkapan terhadap MSA.
Terpisah, Ummul Choironi, selaku Sekjen DPP Organisasi Shidiqiyah ketika kami hubungi justru membenarkan adanya upaya penangkapan terhadap MSA. Meski begitu, dirinya tak berani memastikan penangkapan dilakukan anggota kepolisian.
“Saya tidak tahu itu polisi apa orang suruhan,” ujarnya. Ketidak pastian ini menurutnya, orang yang melakukan upaya penangkapan terhadap MSA, tidak mengenakan seragam kepolisian. (Slamet Wiyoto, M. Dhofir).