Peristiwa

Daging Ayam di Program Sembako Jombang, Dipertanyakan

JOMBANG, FaktualNews.co – Sejumlah Agen e-warung di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, mengaku resah dan tidak siap dengan penyaluran  program Sembako (BPNT).

Keresahan ini menyusul sistem yang diterapkan Pemkab Jombang, terkait adanya kenaikan nilai paket bantuan paket sembako mulai bulan Maret mendatang.

Paket bantuan yang sebelumnya sebesar Rp 110 ribu, berupa beras dan telur, kini akan naik menjadi Rp 150 ribu. Seiring dengan kenaikan itu, Pemkab Jombang menyebut ada penambahan satu komoditas paket bantuan berupa 1 kilogram daging ayam untuk masing-masing KPM (keluarga penerima manfaat).

Nah disitulah keresahan para agen penyalur terkuak. Selain mempertanyakan tolok ukur Pemkab dengan pilihan daging ayam tersebut, Mereka juga menilai ketidak siapan pihak penyuplai (Distribitor)  untuk menyalurkan komoditas daging ayam ini kepada para agen.

Salah satu indikasi ketidak siapan ini semakin terlihat takkala agen diminta menyiapkan sendiri sejumlah peralatan seperti ember atau bak besar bahkan terpal (tanpa freezer) untuk menampung paket daging ayam tersebut.

“Benar jadi kami diminta menyiapkam sendiri alat tampungnya seperti bak atau terpal,” kata salah satu agen di Kabupaten Jombang yang tidak mau diungkap idetitasnya ini, Rabu (26/2/2020).

Tak hanya itu, para agen penyalur ini juga khawatir ketika paket sembako (daging ayam) ini harus menunggu dengan jarak waktu yang cukup lama untuk disalurkan (diambil)  penerima manfaat tanpa ketersediaan sarana prasarana yang sesuai, seperti almari pendingin.

Padahal, kata agen ini, kekuatan daging ayam yang tidak berada dibawah suhu pendingin ini hanya bisa bertahan paling lama enam jam.

Sebab, berdasarkan pengalaman para agen tersebut, tak cukup satu atau dua hari saja  mereka melayani KPM. Namun, bisa sampai satu minggu lebih

Tak sampai disitu, resiko besar ini lagi-lagi harus ditanggung pihak agen, sebab, paket daging ayam yang sisa dan tak diambil penerimanya itu ternyata tidak dapat diretur atau dikembalikan kepada penyuplai.

“Kalau lebih dari itu kualitas akan menurun bahkan jadi ayam tiren kan, Kalau misalkan hari ini ayam datang 80 paket (80 kilo), Apakah bisa dijamin semuanya diambil hari itu juga? lalu kalau sisa bagaimana ? ini saya sudah dapat konfirmasi dari suplier kalau daging tidak bisa diretur,” bebernya.

Dengan kondisi tersebut, para agen  berharap Pemkab Jombang segera mengevaluasi program sembako ini. Terlebih, dengan kebijakan komoditas daging ayam tersebut.

“Sistem ini membuat kami resah, kalaupun ada pendingin dan itu hanya dipakai untuk penyaluran dua hari sampai satu minggu. Apa itu seimbang dengan beban listrik kami, saya kira keuntungan kami akan habis,” gerutunya.

Kepala Dinas Sosial, M Saleh, belum bisa dikonfirmasi mengenai hal ini. Melalui pesan singkat, dia mengaku masih ada kegiatan lain yang tidak bisa ditinggalkan dan berjanji segera memberikan waktu untuk konfirmasi.

“Sebentar saya masih ada rapat, insyaAllah nanti kalau kegiatan selesai,” tukasnya.