Ranu Manduro Ditutup Pemiliknya, Warga Persilahkan Pengunjung Masuk
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Ranu Manduro, lokasi wisata baru yang sedang Viral di media sosial ditutup oleh pemilik lahan. Meski demikian, wanawisata alam dengan pemandangan padang rumput di bawah kaki gunung Penanggungan ini masih dikunjungi warga.
Kepala Desa Manduro Manggung Gajah Eka Dwi Firmansyah membenarkan penutupan Ranu Manduro. Menurut dia, penutupan dilakukan oleh perusahaan tambang pemilik lahan, yaitu PT Wira Bumi.
Saat ini sebuah plakat warna merah terpasang di tengah jalan masuk menuju ke Ranu Manduro. Plakat ini bertuliskan ‘Dilarang Keras Memasuki Wilayah Pertambangan Tanpa Izin. Melanggar Kepmen ESDM 1827 tahun 2018 dan KUHP Pasal 167, 389, 551’.
“Yang menutup kemarin itu pemilik lahan. Sekarang saya di Surabaya untuk membantu warga minta izin ke perusahaan,” ungkapnya melalui sabungan telepon, Sabtu (29/2/2020).
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Amat Susilo mengaku belum mendapatkan informasi terkait penutupan Ranu Manduro.
Sejak padang rumput di kaki Gunung Penanggungan itu viral hingga diserbu pelancong, pihaknya sebatas melakukan pemantauan.
Amat menjelaskan, Ranu Manduro bukan kawasan wisata. Melainkan, padang rumput yang sebelumnya lokasi tambang yang mempunyai kerawanan bencana.
“Itu bukan wilayah wisata. Tanahnya labil, kalau ada longsor atau tanahnya amblas kan bahaya. Siapa yang mau bertanggungjawab,” ujarnya.
Namun di lain sisi, Amat menilai Ranu Manduro layak untuk dikelola sebagai objek wisata. Hanya saja dia meminta tempat itu dikelola dengan baik. Tentu saja Karang Taruna atau Pemerintah Desa Manduro Manggung Gajah harus bekerjasama dengan PT Wira Bumi sebagai pemilik lahan.
“Karena itu lahannya PT Wira Bumi, menjadi hak perusahaan lahan itu mau digunakan untuk apa,” tegasnya.
Informasi yang di dapat dari salah seorang warga yang juga turut mengelola, Ranu Manduro tetap buka seperti biasa dengan datang hanya dikenakan biaya parkir kendaraan. Untuk sepeda motor ditarif Rp 5.000 dan Rp 10.000 untuk mobil.
“Terkait Plakat larangan masuk, kemarin itu memang pihak pabrik yang memasang, namun masyarakat sekitar masih melayani pengunjung di lokasi tersebut,” katanya.
“Ini kan masih Viral. Yang juga kita fikirkan itu kasian pengunjung yang sudah jauh-jauh ke sini, hanya ingin mengetahui keaslian lokasi ini,” tuturnya.
Menurutnya, dengan adanya wanawisata Ranu Manduro juga mampu mendongkrak pendapatan masyarakat. Warga setempat ketiban berkah. Mulai dengan menjadi juru parkir, menyewakan sepeda motor hingga menjual makanan dan minuman.