Ekonomi

Imbas Corona, Omzet Perajin Sandal-Sepatu di Kota Mojokerto Anjlok

MOJOKERTO, FaktualNews.co-Virus corona di Tiongkok atau China berdampak kepada tersendatnya pasokan bahan baku bagi industri sandal dan sepatu di Kota Mojokerto.

Akibatnya jumlah produksi berkurang yang itu membuat omzet atau volume penjualan para perajin anjlok dalam dua bulan terakhir. Rata-rata omzet anjlok sekitar 25 persen dari situasi normal.

Seperti yang dirasakan perajin sandal di Kota Mojokerto Choiron (45), dia mengaku selama dua bulan omzet menjadi seorang pengerajin sepatu dan sandal merosot drastis.

Sebab, selama ini dirinya mengandalkan pasokan material untuk sandal yang bahan bakunya masih diimpor dari China. Yakni berupa kulit sintetis dan lem jenis poly urethane (PU).

Menurut Choiron, kedua material itu diproduksi di Semarang. Namun bahan bakunya diimpor dari China. Kulit sentetis untuk membuat bagian upper sandal.

Sedangkan lem PU untuk menyatukan semua bagian sandal. Mulai dari sol luar, sol dalam, hingga upper.

Perajin sandal asal Lingkungan Kedungkwali, Kelurahan Miji, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto ini menjelaskan, sebelum corona merebak, pasokan kulit sintetis mencapai 80 rol setiap bulan. Setiap rol sepanjang 25 meter, lebar 120 sentimeter.

“Selama ini saya mengerjakan pesanan perusahaan di Surabaya. Bahan bakunya disuplai perusahaan tersebut. Selama dua bulan terakhir pasokan bahan baku tersendat karena impor bahan baku dari China lebih ketat sejak merebaknya corona,” ungkap bapak dua anak ini, Jumat (13/3/2020).

Menurutnya, kulit sintetis impor dia pilih karena variasi warnanya lebih bagus. Selain itu, harganya juga lebih terjangkau. Bahan impor saat ini Rp 110.000 per rol.

Sedangkan bahan lokal Rp 80.000-90.000 per rol. Hanya saja kulit sintetis lokal sering kali panjangnya kurang dari 25 meter, lebarnya juga hanya 110 cm.

Saat pasokan lem lancar, dirinya mampu menerima 60 boks setiap bulannya. Masing-masing boks berisi 15 Kilogram lem PU. Sementara bahan baku berupa sol luar maupun sol dalam sampai saat ini masih normal.

Dengan pasokan 120 rol kulit sintetis dan 60 boks lem PU, Choiron mampu memproduksi 20.800 pasang sandal. Selama ini dia dibantu 8 karyawan. Sandal buatannya untuk laki-laki maupun perempuan mulai anak-anak hingga dewasa.

“Saya kirim ke perusahaan di Surabaya, harga per pasangnya Rp 40.000 sehingga omzet saya saat pasokan bahan baku lancar Rp 832 juta per bulan,” ungkapnya.

Sejak pasokan bahan baku tersendat, Choiron mengaku hanya menerima 50-60 rol kulit sintetis dan 40 boks lem PU setiap bulannya.

Terbatasnya bahan baku membuatnya terpaksa mengurangi kapasitas produksi sandal dari 20.800 pasang menjadi 16.000 pasang dalam sebulan. Omzetnya pun anjlok menjadi Rp 640 juta per bulan.

“Omzet saya susut sekitar Rp 192 juta dalam sebulan. Otomatis pendapatan karyawan berkurang karena sistem kerja mereka borongan,” jelasnya.

Ketua Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto (KOMPAK) Emru Suhadak (50) membenarkan merebaknya isu corona membuat pasokan bahan baku dari China terhadap para pelaku UKM sepatu maupun sandal menjadi tersendat.

“Dampaknya khususnya bahan baku dari China sehingga berdampak ke proses produksi. Khususnya bahan baku kulit sintetis. Bahan baku dari China lebih murah dan lebih variatif warnanya,” tegasnya.

Emru sendiri saat ini menekuni produksi sepatu drump band dan fashion di Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto.

Produknya dia jual ke seluruh daerah di tanah air. Dia mengaku omzet penjualannya sedang anjlok karena kondisi pasar yang sedang sepi.

Di lain sisi, Emru menilai terdapat dampak positif terkait merebaknya virus corona saat ini. Menurut dia, salah satunya produk alas kaki dari luar negeri juga kesulitan masuk ke pasar tanah air.

Kondisi itu menjadi momentum bagi pengusaha lokal untuk menggenjot pemasaran di dalam negeri.