FaktualNews.co

Munas dan Konbes NU Ditunda, Katib Aam PBNU: Respon Corona dan Demi Kebaikan Bersama

Peristiwa     Dibaca : 1207 kali Penulis:
Munas dan Konbes NU Ditunda, Katib Aam PBNU: Respon Corona dan Demi Kebaikan Bersama
FaktualNews.co/Syarief Abdurrahman
Bedah buku karya KH Yahya Cholil Staquf berjudul "Perjuangan Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama" di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.

JOMBANG, FaktualNews.co – Penundaan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU), menurut Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, demi kebaikan bersama setelah melihat perkembangan dampak virus corona di tanah air.

PBNU memutuskan penundaan kegiatan akbar kedua setelah Muktamar tersebut melalui surat dengan nomor 3944/C.I.34/03/2020 yang dikeluarkan pada 11 Maret 2020 bertepatan dengan 16 Rajab 1441. Aslinya, kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 18-19 Maret 2020.

KH Yahya Cholil Staquf datang ke Jombang, dalam rangka harlah NU ke-97 di Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang di Mojoagung. Selain itu, ia juga menghadiri bedah buku karyanya berjudul “Perjuangan Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama” di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.

“Munas NU yang sedianya sudah siap diselenggarakan besok lusa di Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, dengan segala ketulusan terpaksa diputuskan untuk ditunda. Dengan harapan tidak menjadi titik temu masyarakat se-Indonesia seiring dengan wabah corona,” katanya, Minggu (15/3/2020).

Berdasarkan hasil salah satu lembaga survei terbaru, bahwa umat Islam yang merasa berafiliasi ke NU (merasa nyaman dengan NU) mencapai angka 49,5 persen dari total umat Islam Indonesia. Berangkat dari hal tersebut, maka setiap kebijakan yang dibuat NU harus mempertimbangkan dampak besar bagi masyarakat dan Indonesia khususnya.

“Posisi mayoritas NU di Indonesia, otomatis NU memikul tanggung jawab utama dari hitam putihnya Indonesia,” tambah mantan juru bicara Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.

Oleh karena itu, ia mengajak warga nahdliyin untuk refleksi bahwa masalah Indonesia sebagai tanggung jawab pengurus NU bersama para Ulama untuk mampu mengambil inisitaif baru ummat Islam. Sebagai langkah menjawab tantangan perubahan peradaban baru di negara Indonesia maupun peradaban dunia seluruhnya.

“Khidmah NU tidak boleh dibatasi hanya untuk orang NU saja. Tapi untuk semua orang, Indonesia dan dunia,” pintanya.

Gus Yahya menceritakan awal didirikannya NU oleh para ulama adalah sebagai new vision perubahan peradaban zaman. NU menurutnya tidak perlu menjadi firqoh (kelompok) baru dalam keseluruhan umat Islam.

Hematnya, NU saat ini sudah mayoritas maka tidak pantas untuk mejadi tirani mayoritas karena itu mengingkari alasan tujuan berdirinya. Cita-cita dari KH M Hasyim Asyari saat mendirikan NU tidak mungkin hanya untuk menandingi wahabi. Lebih dari itu, sebagai wadah untuk menyelesaikan masalah umat manusia.

“Dalam satu abad perjalanan NU, banyak hal yang sebenarnya adalah fadlun minallah (keutamaan dari Allah). Nanti tema kemandirian Muktamar NU, sebaiknya tidak dimaknakan sebagai eklusifitas tapi lebih sebagai sumbangsih NU kepada bangsa dan negara,” tandasnya.

Acara ini juga dihadiri oleh Rais Syuriah PCNU Jombang KH Abdul Natsir Fattah, Ketua Tahfidiyah PCNU Jombang KH M Salmanudin Yazid, Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab dan kaum nahdliyin.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Arief Anas
Tags