FaktualNews.co

Tak Lolos 6 Kali Ujian SIM D, Disabilitas di Kota Probolinggo ini Latihan Zig-zag

Peristiwa     Dibaca : 891 kali Penulis:
Tak Lolos 6 Kali Ujian SIM D, Disabilitas di Kota Probolinggo ini Latihan Zig-zag
FaktualNews.co/Mojo
Dina saat latihan ditemani dan diawasi bapaknya.

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Dina Fitriani, penyandang disabilitas tuna wicara (bisu) sudah 6 kali menjalani tes SIM D, namun tidak lulus. Meski demikian, putri Yunus Bambang (53) ini tak patah arang. Dina berlatih zig-zag dengan harapan, lolos ujian praktek menegndarai sepeda motor.

Kendaraan yang lewat di stadion Bayuangga Kota Probolinggo, khususnya yang melintas di depan warung Lakar Sae, perjalanannya agak terganggu. Sebelum mencapai tikungan, pengendara harus memperlambat kecepatannya. Sebab, di jalan yang mengarah ke utara-selatan tersebut, ada yang belajar atau latihan berkendara dengan laju zig-zag.

Ia adalah Dina Fitriani Fitriani, perempuan asal Kampung Arab, Jalan DR Wahidin, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan. Ia ditemani dan ditemani sang ayah Yunus Bambang, yang sama-sama penyandang cacat tuna wicara dan tuna rungu. Sejumlah wartawan yang hendak mewawancarai keduanya pun kesulitan.

Akhirnya, pertanyaan ditulis di ponsel wartawan dan jawabannya ditulis oleh Dina di ponsel yang sama. Sesekali, wawancara dilakukan dengan lisan dengan suara agak dikeraskan dan dijawab oleh Dina dengan lisan. Jika penanya tidak mengerti, Dina langsung member isyarat dengan gerakan tubuh dan tangan serta memperjelas gerakan bibir.

Karena terbatasnya komunikasi, informasi yang didapat dari Dina, tidak begitu mendalam. Ia mengaku, saat ujian praktek yang ketujuh nantinya, dirinya tidak ingin gagal lagi. Karenanya, ia berlatih hingga botol bekas minuman berisi air itu tidak kena senggol motornya sehingga
roboh.

“Saya ujian praktek kayak gini, sudah 6 kali. Gak lulus-lulus,” jawabnya.

Usai menjawab pertanyaan wartawan dengan cara menulis, perempuan yang saat latihan mengendarai sepeda motor matik bernopol N 6682 KK tersebut melanjutkan latihannya. Dan saat ada pertanyaan lagi, Dina berhenti dan menjawab pertanyaan wartawan yang ada di ponsel. Sepertinya, dia ingin cepat selesai latihannya dan tidak ingin diganggu.

Terlihat, 8 botol bekas minuman berisi air ditata di pinggir jalan. Kedelapan botol tersebut dilalui satu demi satu dengan cara berkelok-kelok. Sedang ayahnya, mengawasi dan memperhatikan Dina latihan. Jika ada botol yang roboh akibat tersenggol sepeda motornya, bapaknya yang membetulkan. Terkadang, Dina yang membetullkan posisi botol yang roboh tersebut.

Bahkan, ia yang meluruskan barisan botol yang berkelok dan jarak yang terlalu renggang. Jika ada kendaraan roda dua ataupun roda empat yang melintas dan dirasa mengganggu latihannya, muka Dina cemberut. Sebagai tanda, latihannya terganggu dengan kendaraan yang lewat. Perempuan berkerudung ini menghentikan latihannya sampai kendaraan yang mengganggu tersebut berlalu.

Dina berkali-kali malakukan latihan. Ia meliuk-liukkan kendaraannya menghindari botol agar tidak roboh saat dilalui. Setelah dirasa cukup dan merasa capek, ia dan bapaknya mengambil barisan botol dan memasukkan ke dalam tas yang dibawanya.

“Sudah capek. Kita mau pulang. Kalau ada waktu latihan lagi.,” katanya, sebelum meninggalkan lokasi latihan.

Dikatakan, 8 botol berisi air itu dibawa dari rumahnya dan saat latihan lagi, akan digunakan kembali. Dina mengaku, ingin segera memiliki SIM D, Surat Izin Mengemudi khusus penyandang disabilitas. SIM tersebut sebagai bekal saat mengendarai sepeda motor untuk berbagai keperluan.

“Saya sering ke Sukapura. Kulakan kentang dan sayuran lainnya,” ujarnya.

Hanya saja, ia tidak menjelaskan, sayuran yang dibelinya akan dijual lagi atau tidak. Jika dijual lagi, Dina juga tidak menyebut tempatnya, apakah dijual di rumahnya atau di pasar. Mungkin lantaran kesulitan komunikasi atau karena ia capek setelah latihan berputar-putar beberapa kali. Sehingga, meninggalkan lokasi latihan dengan segera.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Arief Anas