JOMBANG, FaktualNews.co – Darurat COVID 19 mengharuskan negara untuk berbuat sikap dan cepat demi menyelamatkan rakyatnya. Mengerahkan segenap kemampudayaan negara. Termasuk mengikutsertakan keterlibatkan TNI-POLRI adalah kepastian konstitusional.
Malam tadi Skudron 32 telah mendarat dengan selamat di Sanghai China guna mengangkut jutaan ton obat-obatan dan Alat Pelindung Diri.
Misi kemanusiaan ini dilakukan TNI-POLRI dengan sepenuh hati mesti harus beresiko bertaruh nyawa.
Lagi-lagi China dan bukan Amerika yang membantu kita. Bukan pula negeri di Jazirah Arab. Bahkan Iran sendiri, dalam menghadapi COVID 19 hanya berharap pada bantuan China. Bukan HTI, Wahabi, ISIS apalagi FPI.
Mereka yang selama ini begitu aktif menyerang simbol-simbol negara dengan jualan Islam, kini sama sekali tidak berdaya. Sibuk selamatkan diri masing-masing. Takut juga sama tentara Allah SWT yang bernama Corona, kata UAS.
Dalam situasi seperti ini saya sebenarnya pingin dengar: benarikah UAS dan pentolan radikal lainnya menghentikan misi kemanusiaan TNI-POLRI ini ke China dengan alasan China adalah sarang komunis dan atheis? Seperti yang selama ini mereka gembar-gemborkan.
Dari sini Corona sesungguhnya menyadarkan kita bahwa kemanusiaan itu lebih mulia derajatnya dan karenanya tidak berbatas agama, suku, dan negara. Dalam merawat pasien COVID 19, para dokter dan perawat yang sekarang ini berada di garda depan, tentu tidak bertanya dulu: apa agamamu, apa sukumu dan apa jabatanmu. Semuanya dirawat dan ditolong tanpa bertanya asal-usulnya.
Jadi sekali lagi, Corona adalah ayat Tuhan guna menguatkan kemanusiaan kita dan saat sama mencerdaskan kita untuk mengakhiri politisasi agama hanya untuk kekuasaan. Ingat politisasi agama hanya mengantarkan negeri indah ini ke dalam jurang perpecahan yang dalam. (Sean Choir, ICDHRE Foundation).