JOMBANG, FaktualNews.co – Masakan minang atau Padang selalu menggugah selera lewat aroma, tampilan, dan bumbunya. Di berbagai kota di Indonesia, masakan padang selalu punya tempat khusus di hati masyarakat. Sayangnya, beberapa oknum memanfaatkan ketenaran masakan padang, tapi bumbunya tak sesuai dengan racikan orang minang.
Berangkat dari fakta ini, Afrizal (44) memberanikan diri untuk menawarkan menu masakan asli minang berupa Sate Padang untuk masyarakat Jombang. Niat awalnya ini membuat dunia kuliner Jombang lebih bervariasi.
Selama ini, di Kota Santri yang terkenal adalah sate Madura, sate kambing, sate ayam dan sate 02 (bekicot). Jenis sate model ini mudah ditemukan di berbagai wilayah di Jombang. Namun hal ini tak berlaku pada sate Padang.
Sangat sulit menemukan sate Padang di Jombang. Sepanjang jalan dari Pasar Cukir hingga Alun-alun Jombang tak ditemukan penjual sate Padang. Namun, ada satu tempat yang berhasil ditemukan menyajikan sate unik ini, yakni di Jalan Kusuma Bangsa Desa Pulo Lor, Kecamatan Jombang. Tepatnya berada di selatan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Bangsa atau sampingnya kantor Satpol PP Jombang.
“Mungkin sekarang, saya satu-satunya penjual sate Padang di Jombang saat ini. Dulu pernah ada pedagang sate Padang di Kebonrojo tapi hanya bertahan seminggu. Alhamdulilah dagangan saya sebelum jam 23.00 WIB sudah habis. Kini saya sudah punya pelanggan tetap, minimal dua hari sekali mereka ke sini, gantian,” jelas Afrizal, Minggu (23/5/2018).
Afrizal merupakan putera asli Minang yang merantau sudah puluhan tahun di Jombang. Sebelumnya ia berdagang baju dan celana. Namun, karena persaingan pasar akhirnya ia banting setir ke dagang sate Padang.
Bak gayung bersambut, Afrizal mengatakan bahwa penyuka sate asli dari Sumatera Barat ini bukan saja warga Jombang saja, melainkan ada juga dari daerah lain seperti Kediri, Lamongan, Malang dan Surabaya.
Menu langka ini memang unik. Para pelanggan mengganggap sate Padang buatannya lebih gurih dan bumbunya khas. Bila sedang ramai, penyuka masakan minang rela antri dan langsung memborong sate Padang.
Menurutnya, kunci utama dalam bisnis sate Padang yang dirintisnya adalah bumbu yang khas dan pengelolaan daging sate yang lebih teliti. Bumbu sate yang digunakan dikirim langsung dari Sumatera Barat.
Mula-mula, katanya, daging yang telah dicuci bersih direbus diatas tungku bersama bumbu yang diraciknya sendiri. Daging yang sudah direbus lalu dilumuri bumbu lagi seperti kelapa dan dibiarkan dua jam tanpa diapa-apakan. Ini juga menjaga biar saat daging matang betul. Kadang, ada daging sate yang tidak matang bila mengandalkan dari arang yang dibakar saja. Kemudian baru ditusuk dengan lidi.
“Sate ini berbeda, dagingnya direbus pakai bumbu dulu baru kemudian dipotong-potong dan kasih bumbu lagi. Supaya saat dibakar bumbunya semakin meresap dan tambah enak. Setiap hari saya menyiapkan satu kilo daging sapi dan satu kilo daging ayam. Kini kadang lebih,” tambahnya.
Ia menjelaskan, pembeda utamanya dengan sate lainnya yaitu bumbu racikan Afrizal, langsung dikirim oleh ibunya dari Padang, Sumatera Barat. Dalam rentang waktu tertentu, keluarga di Sumatera Barat mengirim rempah-rempah untuk memperkuat cita rasa sate yang dibuatnya.
Proses pembuatan sate Padang setelah daging direbus adalah pembuatan kuah sate dan ketupat. Untuk membuat ketupat, bapak dua anak ini dibantu sang istri tercinta.
Salah satu perbedaan yang mencolok sate Padang dengan sate yang lainnya yaitu pada kuahnya yang lebih kental. Umumnya, sate di pulau Jawa dan Madura tidak menggunakan kuah khusus. Namun hanya campuran kecap, cabe, dan bawang.
“Istri hanya bantu buat ketupat saja, selain itu semua saya yang mengerjakan. Karena ini kuliner warisan keluarga saya, khawatir nanti bila berbeda yang mengelola dagingnya berefek pada perubahan rasa. Masalah rasa kita sangat menjaga betul,” ungkapnya.
Satu porsi sate Padang yang dijajakan Afrizal dijual dengan harga Rp. 15.000. Setiap satu porsi berisikan 8 tusuk sate untuk daging sapi dan 10 tusuk khusus daging ayam plus kuah sate, bumbu bawang dan satu ketupat.
Setiap penambahan satu ketupat, pembeli harus merogoh kocek Rp 3 ribu lagi. Setiap hari, sate Padang ini buka mulai pukul 17.00 hingga 23.00 WIB atau sampai dagangannya habis.
Meskipun masih terasa asing bagi pencinta kuliner Jombang. Namun, sate Padang layak dijadikan menu alternatif ketika acara keluarga dan kumpul bareng. Seperti acara pernikahan, khitanan dan reuni.
Dari sate Padang, Afrizal dalam sebulan bisa mengumpulkan uang jutaan rupiah. Sehingga bisa menghidupi keluarga dan mengontrak rumah di gang 5 Desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang, Jawa Timur.
“Dulu saya jualan di Jalan Mimbar Pasar Legi, tapi sekarang pindah ke sini dan ternyata lebih ramai. Kita jaga kualitas dan Alhamdulilah dari jualan ini bisa menghidupkan keluarga saya dan menyekolahkan anak-anak,” pungkas Afrizal.