Peristiwa

Dampak Corona, Ribuan Satri dan Mahasiswa Jombang Dipulangkan, Bupati Mundjidah Diam

JOMBANG, FaktualNews.co – Semakin merebaknya virus corona di Jawa Timur. Ribuan santri dan mahasiswa Jombang, dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing.

Fenomena ini membuat para santri dan mahasiswa yang ada di Kota Santri kaget dan bingung. Namun, karena mendukung kebijakan pemerintah, mereka harus pulang ke rumah. Hanya saja, pemulangan puluhan ribu santri ini luput dari perhatian Pemerintah Kabupaten Jombang.

Salah satu mahasiswa Jombang, Denta Fatwa Fatahillah mengaku miris melihat tidak adanya kebijakan khusus dari Bupati Jombang, Mundjidah Wahab dalam memulangkan santri.

Baginya, meskipun para santri dan mahasiswa tersebut bukan orang Jombang. Namun, mereka sudah memberikan lapangan pekerjaan bagi ojek online, tukang becak, pedagang kecil hingga besar yang ada di Jombang.

Menurutnya, banyak juga pemilik laundry yang bergantung pada para santri, pemilik toko foto copy dan warung klontong sekitar pondok yang hidup lantaran santri dan para mahasiswa.

“Seharusnya Pemerintah Kabupaten Jombang ikut terlibat dalam pemulangan santri ini. Sudah tak bisa dihitung berapa jumlah uang yang mereka investasikan untuk perekonomian Jombang. Masak ada musibah begini, pemerintah diam saja,” kata Mahasiswa Mahad Aly Hasyim Asyari ini, Jumat (27/3/2020).

Menurutnya banyak hal bisa dilakukan Pemkab Jombang, dalam membantu para santri dan mahasiswa ini. Semisal memberikan tumpangan gratis hingga bandara atau alun-alun tiap daerah.

Bisa juga pemberian masker gratis, oleh-oleh berupa hand sanitizer dalam botol kecil dan pemeriksaan kesehatan gratis sebelum masuk bus.

“Seakan lepas tangan, andai saja pemerintah mau berpikir jernih. Kita ambil contoh di Tebuireng, Denanyar, Rejoso dan Tambakberas setiap hari jika ditotal ada puluhan juta rupiah perputaran uang di sana,” tambah pemuda asal Sidoarjo ini.

Ia menyakini Pemkab Jombang punya anggaran untuk meringankan beban para perantau ilmu ini. Bisa juga Pemkab Jombang bekerjasama dengan berbagai perusahan untuk mengantar para santri ini hingga selamat.

Hanya saja, menurut Denta, Pemkab Jombang, tidak ada niat serius mengawal dan menjaga aset berharga Jombang ini. Icon Jombang sebagai kota santri akan semakin mencorong jika diiringi kebijakan yang bagus.

“Saya khawatir kalau daerah lain mendahului kebijakan ini. Akhirnya orang lebih suka menitipkan putra mereka ke daerah tersebut,” ujarnya.

Hal yang sama juga dirasakan Imam Rodhin, mahasiswa asal Sumatera Selatan. Menurutnya, pihaknya saat ini kesulitan untuk pulang karena terbatas biaya. Beberapa pesantren di Jombang secara mandiri membayarkan ongkos kepulangan santri. Namun, pemerintah masih diam dan tak mengambil kebijakan apa-apa.

“Sekarang kalau pulang naik bus umum kan malah bisa tertular virus corona. Paling aman ya naik mobil pribadi dan pesawat. Masalahnya tidak semuanya ada uang. Setidaknya ada sedikit bantuan,” tegasnya.

Mahasiswa Institut Agama Islam Bani Fattah ini menambahkan jika koar-koar dari Pemkab Jombang selama ini tak lebih dari pemanis bibir saja. Kebijakannya tidak dirasakan oleh semua pihak.

“Kita merasa tidak dihargai Pemkab Jombang. Hanya diambil uang kita tapi saat kita butuh bantuan begini tak ada yang secuil bantuan,” tandasnya