FaktualNews.co

Dampak Corona, Berkah Bagi Pengusaha Jahe Olahan di Jombang

Ekonomi     Dibaca : 1615 kali Penulis:
Dampak Corona, Berkah Bagi Pengusaha Jahe Olahan di Jombang
FaktualNews.co/Syarif/
Atik memamerkan produk jahe olahannya

JOMBANG, FaktualNews.co – Wabah corona yang menyerang sebagian besar penduduk dunia membuat banyak orang khawatir. Berbagai cara dilakukan manusia agar tidak terjangkit virus corona. Salah satunya menguatkan sistem imun tubuh dengan mengkonsumsi jahe merah.

Di Indonesia, jahe merah sudah digunakan turun temurun untuk macam-macam penyakit. Berbagai bentuk olahan jahe ada di Indonesia. Ada bubuk jahe, ada minuman jahe batangan , permen jahe, dan berbagai olahan makanan dari jahe.

Jahe merah atau di Wonosalam, Jombang, dikenal dengan nama jahe emprit ada kandungan gingerol dan shogaol yang membuat tubuh tidak mudah terinfeksi oleh bakteri dan atau virus.

Berdasarkan penelitian Dugasani pada 2010, dalam comparative antioxidant and anti-inflammatory effects of gingerol dan shogaol, dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan membunuh bakteri atau virus berbahaya dalam tubuh.

Salah satu pembuat ramuan jahe merah Atik (39) di Desa Sumberarum, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang mengatakan,  selama selama beberapa bulan terakhir dirinya menerima pesanan cukup tinggi.

Atik adalah ibu rumah tangga yang setiap hari merubah jahe merah menjadi serbuk manis yang enak dan praktis dikonsumsi oleh masyarkat luas.

“Dalam sehari saya menggiling lima kilogram jahe dan tiga kilogram temulawak. Pesanan dari berbagai daerah di Jawa Timur. Pesanan terus meningkat, sampai kewalahan selama ramai-ramai virus corona” katanya kepada FaktualNews.co, Sabtu (28/3/2020).

Produk jahe yang dibuat Atik diberi nama “Arum Rempah”. Dalam meracik jahe bubuk ini, setiap sekilo gram jahe merah dicampur dengan satu kilo gram gula. Hasilnya nanti akan menjadi jahe bubuk seberat satu kilo gram.

Dalam hari biasa, pesanan jahe tidak datang setiap hari. Hanya para tengkulak yang pesan untuk dipasarkan di berbagai daerah. Kini pesananya bisa dikatakan ada setiap hari dalam jumlah kecil dan besar.

“Di hari biasa, bahan baku jahenya dari kebun sendiri. Karena permintaan tidak banyak. Setiap 200 gram jahe kita jual Rp 15 ribu,” tambahnya.

Efek virus corona juga menyebabkan kenaikan harga pada bahan baku. Semisal jahe, dulu 1 kg jahe di petani harganya Rp 25 ribu dan temulawak Rp 500 setiap 1 kilo gram. Namun setelah corona datang ke Indonesia, harga jahe mentah naik drastis menjadi Rp 40 ribu perkilo.

Selain itu, harga gula juga tak mau kalah mahalnya. Di Wonosalam harga 1 kilo gram gula dijual Rp 17.500. Padahal sebelumnya hanya Rp 11 ribu hingga Rp 12 ribu per kilogramnya. Kenaikan harga jahe dan gula membuat Atik kebingungan dan memutar otak keras.

“Terpaksa harganya dinaikan, dulu setiap 1 kg jahe hasil olahan dijual Rp 70 ribu hingga Rp 75 ribu kepada pengepul. Sekarang tidak bisa, modalnya tidak ketemu,” ujar Atik.

Mengantisipasi harga yang terlalu tinggi, ia dan rekannya kini menjual jahenya lewat online. Meskipun harus tetap ada kenaikan harga tapi tidak terlalu banyak. Namun, meskipun harga jual jahe naik drastis, permintaan tetap tinggi dari masyarakat. Mungkin dikarenakan semakin banyaknya korban Virus Corona.

“Masih banyak yang minta, kalau ada pesanan ya kita buat terus. Selama masih kuat,” tandas Atik.

 

 

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin