Imbas Covid-19, Pabrik Selotip di Mojokerto Rumahkan 24 Pekerjanya
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Puluhan buruh dari pabrik selotip di Jalan Raya Sampangagung, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), imbas wabah Corona (Covid-19), Selasa (07/04/2020).
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Mojokerto Nugraha Budi Sulistya membenarkan adanya PHK yang dilakukan pabrik selotip di Jalan Raya Sampangagung. Menurut dia, jumlah buruh yang dirumahkan mencapai 24 orang.
“(PHK) karena efisiensi. Pabrik kesulitan finansial, harus mengurangi biaya produksi, salah satu caranya adalah mengurangi salary cost (biaya upah),” katanya, Selasa (7/4/2020).
PHK ini sempat membuat 24 buruh tersebut bereaksi karena tak terima dirumahkan. Mereka sempat menggelar aksi protes dengan duduk bersama di halaman pabrik, Senin (6/4/2020) pagi.
Manajemen pabrik selotip lantas merespon tuntutan para buruh dengan menggelar mediasi di hari yang sama. Selain 24 buruh yang di-PHK dan HRD perusahaan, mediasi juga melibatkan Danramil Kutorejo Kapten Inf Benny Irawan, serta Kapolsek Kutorejo AKP Hery Susanto.
Disinggung terkait kemungkinan terdapat hak-hak para buruh yang belum dipenuhi oleh manajemen pabrik selotip setelah dirumahkan, Nugraha berdalih belum menerima laporan terkait hal tersebut.
Kapolsek Kutorejo AKP Hery Susanto saat dikonfirmasi, mengatakan sampai saat ini masih melakukan negosiasi antara buruh yang di-PHK dengan manajemen pabrik selotip masih berjalan. Menurut dia, para buruh melalukan protes karena menolak dirumahkan.
“Mereka (24 buruh yang dirumahkan) tidak mau di-PHK, ingin tetap bekerja. Pihak perusahaan sudah menyediakan pesangon sesuai aturan,” terangnya.
Hery menambahkan, pabrik selotip itu merumahkan 24 buruhnya salah satunya karena imbas wabah corona. Menurut dia, perusahaan ini menghasilkan produk yang diekspor ke luar negeri. Sedangkan bahan bakunya impor. Seperti diketahui, pemerintah membatasi ekspor dan impor sejak corona menjadi pandemi.
“Menurut keterangan HRD pabrik, perusahaan mulai kesulitan finansial sejak sebelum wabah COVID-19. Ditambah ada COVID-19, mereka makin sulit,” tandasnya.