Peristiwa

Batik Corona di Blitar, Inspirasi dan Solidaritas Penyandang Disabilitas

BLITAR, FaktualNews.co – Wabah virus corona (Covid-19) mengharuskan semua elemen berpartisipasi melakukan pencegahan. Kampanye untuk menghentikan persebaran pandemi itu juga harus digalakkan. Bukan hanya pemerintah, tapi setiap warga bangsa Indonesia.

Semangat itu barang kali yang menginspirasi sekelompok penyandang disabilitas di Rumah Kinasih untuk berkreasi dan akhirnya menemukan desain atau corak baru pada batik ciprat yang selama ini mereka geluti. Motif yang kekinian dan berdayaguna, kampanye kesadaran pencegahan Covid-19.

Iya, di Rumah Kinasih yang ada di Desa Siraman, Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar itu mereka menemukan batik ciprat bermotif virus coronaa. Virus yang digambarkan hampir seperti buah rambutan yang bersungut panjang dengan ujung bulat kecil.

Edy Cahyono, Ketua Kelompok Rumah Kinasih mengatakan, teman-tamannya para penyandang disabilitas membuat motif batik virus Corona (Covid-19) tersebut bermaksud untuk membantu sosialisasi pencegahan persebaran virus yang mematikan itu.

Penyandang disabilitas di Rumah Kinasih, Blitar sedang berkarya.

 

“Berawal dari rasa prihatin setelah melihat kurangnya kesadaran masyarakat yang masih belum memakai masker saat keluar rumah, padahal pemerintah sudah melakukan anjuran Social Distancing, ” kata Ketua Yayasan Rumah Kinasih itu, Kamis (16/4/2020).

Edy menambahkan, selain membuat batik bermotif virus Corona, dalam rangka kampanye pencegahan Covid-19 pihaknya juga membuat masker. Dan tentu saja masker itu unik, terbuat dari kain batik ciprat dan bermotif virus Corona.

“Tidak hanya untuk kampanye atau membantu sosialisasi, kami juga mewajibkan para penyandang disabilitas di sini untuk memakai masker. Kami selalu mengigatkan terkait bahayanya virus corona,” katanya.

Ide membuat batik ciprat bermotif virus Corona baru dilakukan lima hari terakhir. Hasilnya luar biasa, sejumlah pesanan dari instasi pemerintah dan swasta sudah mulai berdatangan. Kain batik dengan motif virus Corona itu dijual dengan harga Rp. 170 ribu per helai.

“Dalam sehari teman-teman disabilitas mampu memproduksi 10 kain batik virus corona. Semua hasil penjualan akan digunakan untuk membiayai kebutuhan mereka,” ugkapnya.