Kesehatan

Warga di Tulungagung Gelar ‘Megengan’ Via Online dengan Aplikasi Zoom

Jaga Jarak Aman di Tengah Pandemi Covid-19

TULUNGAGUNG, FaktualNews.co-Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di tengah pandemi Covid-19 saat ini, warga di Perumahan Puri Jepun Permai II, Kelurahan Jepun, Kecamatan Tulungagung, menggelar tradisi ‘megengan’ secara daring (dalam jaringan) atau online.

Hal itu dilakukan demi mematuhi aturan ‘social distancing’ selama masa pandemi Covid-19, untuk memutus rantai penularan corona. Megengan online dilakukan, Minggu (19/04/2020) malam.

Megengan sendiri merupakan tradisi yang menjadi kearifan lokal bagi masyarakat Tulungagung dan sekitarnya, yang digelar menjelang datang bulan Ramadan.

Biasanya dilaksanakan oleh sekelompok warga dengan mengumpulkan tumpeng atau makanan di musala sebagai wujud syukur telah dipertemukan dengan bulan ramadan.

Meski dilaksanakan secara daring jaringan) atau online, pemandu kegiatan dan nasi tetap dikumpulkan di sebuah musala.

Rangkaian kegiatan budaya yang diambil dari nilai kearifan lokal Jawa, dengan puluhan keluarga mengikuti dari rumah masing-masing.

‘Megengan’ daring diikuti 30-an orang dari total 48 KK di lingkungan Perum Puri Jepun Permai II, Kelurahan Jepun, Kecamatan Tulungagung.

Meskipun bermoda daring, namun tetap ada sebuah tumpeng dan ditambah sekitar 100-an nasi nasi kotak sebagai syarat ‘megengan’.

“Dengan adanya pandemi COVID-19 ini ya kami harus mengadakan physical dan social distancing, maka semua kegiatan, terutama kegiatan keagamaan yang mengumpulkan banyak orang harus dihindari,” kata ustaz Ahmad Syauqi, Senin (20/04/2020) pagi.

Menurutnya, di tengah pandemi Covid-19 ini diperlukan terobosan acara keagamaan agar tradisi keagamaan, jalinan ukhuwah dan syiar keagamaan dari pemuka agama kepada umat.

Selain itu juga nilai-nilai kearifan lokal sebagaimana terkandung dalam tradisi megengan, bisa tetap dijalankan dengan baik.

Ritual megengan sendiri dimaknai sebagai nilai kearifan lokal masyarakat Jawa yang menganut Islam.

Penjelasan ustaz Syauqi, megengan diambil dari bahasa Jawa ‘megeng’ yang artinya menahan, merupakan suatu peringatan bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadan.

Bulan Ramadan di mana umat Islam diwajibkan berpuasa, menahan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa tersebut.

“(Megengan) ini merupakan ciptaan para ulama dulu Jawa dulu, sebagai bentuk akulturasi dan asimilasi budaya Jawa dengan nilai-nilai dalam ajaran Islam. Budaya Jawa merupakan nilai-nilai yang diserap sisi positifnya, dalam bentuk kegiatan berkumpul bersama dalam menjaga kerukunan, kerjasama, komunikasi terjalin baik. Itu yang sekarang terus kita lestarikan,” kata ustaz Syauqi.

Megengan secara daring itu sendiri, diikuti oleh puluhan keluarga yang sudah terkonfirmasi bergabung dalam aplikasi zoom.

Mereka mengikuti rangkaian acara dan doa melalui perangkat android ataupun perangkat laptop yang sudah terpasang di rumah.