FaktualNews.co

Arebbe, Tradisi Rakyat Sumenep Menjelang Ramadan yang Masih Lestari

Sosial Budaya     Dibaca : 2162 kali Penulis:
Arebbe, Tradisi Rakyat Sumenep Menjelang Ramadan yang Masih Lestari
FaktualNews.co/Supanji
Warga desa Jate Giliraja, saat 'Arebbe' atau 'ater-ater' ke musala terdekat.

SUMENEP, FaktualNews.coSelamethan merupakan ritual yang akrab dengan kehidupan Masyarakat Madura. selamethan atau dalam bahasa Indonesianya selamatan, selalu melekat dalam rangkaian keagamaan masyarakat Madura.

Bulan Ramadan merupakan bulan yang paling istimewa bagi umat Islam, menyambut kedatangan Ramadan menjadi sebuah tradisi yang kemudian mengakar dalam kehidupan umat Islam. Di berbagai belahan bumi, tak terkecuali di Indonesia yang majemuk masyarakatnya, tradisi menyambut datangnya bulan Ramadan menjadi semacam hukum yang tak tertulis.

Meski berbeda-beda cara di setiap daerah, tapi esensinya sama, mengikuti sunah Rasul SAW dalam memuliakan Ramadan. Seperti di Sumenep Madura misalnya, ada beberapa tradisi penting dalam menyambut bulan seribu bulan, baik yang masih terus dilestarikan maupun yang sudah mulai terkikis arus zaman.

Dalam urusan kuliner, Sumenep memang kaya ragam masakan khasnya. Warga Sumenep juga begitu antusias menyambut berbagai momen dengan masakan khas dan aneka cita rasa. Sehingga tak heran jika menjelang masuk bulan Ramadan maupun di bulan Ramadan, kegiatan masak-memasak berjamterbang tinggi.

Di Kabupaten Sumenep, ada tradisi menyambut bulan puasa yang disebut dengan arebbe atau ater-ater, saling mengantarkan makanan kepada kerabat dan tetangga dekat. Jenis makanan yang diantarkan tak harus mewah. Bisa berupa sepiring nasi putih dan opor ayam, atau nasi yang ditumpangi ketan hitam.

Pengantar makanan dan penerima, biasanya saling meminta maaf setelah terjadi serah terima makanan.

Arebbe yang diterapkan lewat kegiatan ater-ater ini sejatinya bukan istilah yang baku. Istilah lainnya ialah selamatan atau dalam bahasa agama ialah shadaqah yang diadopsi menjadi kata sedekah.

Tradisi ini terus hidup hingga saat ini dalam berbagai tingkat masyarakat. Sehingga tak salah, jika kesannya seperti tukar-menukar makanan antar warga suatu kampung atau desa.

”Biasanya warga itu memasak menu makanan yang selanjutnya diberikan pada tetangga sekitar, sanak famili, ke musala dan masjid terdekat,” terang Rukmaisun, salah satu warga Giliraja, Kecamatan Giligenting, Sumenep, kepada media ini. Kamis (23/4/2020).

Di tempat lain di belahan bumi Sumenep, mekanisme arebbe yang berbeda merupakan hal biasa. Seperti di kawasan pedesaan misalnya. Masyarakat di sana memiliki teknis tersendiri.

”Kalau di tempat saya, arebbe itu dengan memasak makanan yang enak dan diantar ke musala terdekat,” kata Irma, warga Desa Lobuk, Kecamatan Bluto.

Untuk diketahui, selain urusan menyajikan makanan khas dalam menyambut Ramadan, melakukan bersih bersih di rumah, mosholla, masjid dan komplek pemakaman juga menjadi tradisi menjelang masuknya bulan suci yang tak luput dari kebiasaan warga Sumenep.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh