FaktualNews.co

Tradisi Bersih-Bersih Tempat Ibadah dan Ziarah Makam Leluhur Jelang Ramadan di Sumenep

Sosial Budaya     Dibaca : 1188 kali Penulis:
Tradisi Bersih-Bersih Tempat Ibadah dan Ziarah Makam Leluhur Jelang Ramadan di Sumenep
FaktualNews.co/Supanji
Warga Desa Jate Giliraja, saat memperbaiki atau memugar kijing makam leluhurnya di komplek pemakaman desa setempat, menjelang bulan suci Ramadan.

SUMENEP, FaktualNews.coNyekar atau ziarah kubur sebenarnya bukan tradisi khusus menjelang bulan Ramadan. Sebenarnya nyekar dapat dilakukan kapan saja dengan tujuan untuk mengingatkan peziarah terhadap kematian dan akhirat.

Menjelang Bulan Ramadan, banyak umat muslim yang berziarah ke makam keluarga atau leluhurnya. Tradisi ini biasa dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia, tanpa terkecuali di Sumenep, Madura.

Tradisi nyekar sudah terjadi turun temurun. Biasanya para pengunjung datang ke makam keluarga atau leluhur untuk mengirimkan doa.

Doa yang dibaca beragam, seperti zikir, Al-Fatihah, Surat Yasin dan sebagainya. Mereka juga menyiramkan air mawar dan menaburkan bunga serta membersihkan sekeliling kubur. Biasanya tradisi nyekar atau ziarah kubur dilakukan menjelang Bulan Ramadan dan setelah Salat Ied.

“Ini tradisi turut temurun, selain untuk mengingat mati, ini juga menjadi media menyambung silaturrahim dengan leluhur lewat panjatan doa, kita bersihkan makam, termasuk juga mengecetnya,” tutur Juyo Truno, Warga Desa Jate, Giliraja, Kecamatan Giligenting, Sumenep. Kamis (23/4/2020).

Di Sumenep sendiri misalnya, selain urusan menyajikan ragam makanan khas dalam menyambut Ramadlan lewat tradisi Arebbe atau Ater-ater, melakukan bersih bersih di rumah, mosholla, masjid juga menjadi tradisi menjelang masuknya bulan suci.

”Memperbaharui cat dinding, menambal tembok yang retak, atau juga termasuk mengganti properti rumah yang sudah rapuh, dan lain sebagainya, kita lakukan jelang bulan puasa, sehingga saat lebaran rumah seperti baru,” sebut Merry, warga Desa Lobuk, Kecamatan Bluto.

Pemandangan serupa juga bisa ditemui di tempat-tempat ibadah. Seperti masjid dan mushalla yang dilakukan secara gotong royang dan suka rela, hal itu dilakukan sebagai upaya menghormati datangnya bulan suci ramadan, termasuk membuat nyaman para jamaah saat menunaikan ibadah tarawih.

“Di musala dan masjid juga dilakukan pencetan dan bersih bersih, tujuannya sederhana agar beribadah di bulan suci ini nyaman. Selain itu juga tradisi nyekar ke makam leluhur, terkadang tak hanya nyekar, tak jarang ditemui peziarah yang memperbaiki, atau memperbagus, bahkan memugar kijing makam leluhur atau sanak saudaranya,” imbuh Wakid, warga Dungkek, kepada media ini.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh