Ekonomi

Digelontor Impor, Petani Tebu Lumajang Cemas Harga Gula Mereka Anjlok

LUMAJANG, FaktualNews.co-Musim giling tebu datang tak lama lagi. Namun petani tebu di Kabupaten Lumajang justru khawatirkan harga gula dari tebu mereka akan anjlok.

Ini karena pemerintah Maret dan April ini merealisasikan impor raw sugar (gula mentah) 422 ribu ton hingga 09 April 2020, bulan Maret 2020 di pasuk lagi 550 ribu ton.

Meskipun sejatinya raw sugar ini peruntukan bagi industri, namun sudah jadi rahasia umum raw sugar yang kemudian dijadikan gula rafinasi membanjiri pasar untuk konsumsi, dengan harga lebih murah.

Wakil Ketua DPC Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Lumajang Suwarso mengatakan, dengan kedatangan gula impor ke pasar tidak bisa dihindari akan berbenturan dengan gula petani.

Atas kondisi ini pemerintah harus sigap menjaga perekonomian masyarakat petani tebu supaya tidak sampai dirugikan.

“Musim tebang tentunya petani sudah punya gula, jangan-jangan gula impor masih ada di pasaran, ini membuat petani sangat cemas dan takut merusak harga gula petani,” kata Suwarso, Sabtu (02/05).

Bila harga gula petani jatuh, sambung Suwarso, akan betul-betul terjadi kalimat ‘tebu tak manis lagi bagi petani’, karna gula rafinasi membunuh gula petani yang diproduksi pabrik, seperti pabrik gula (PG) Djatiroto Lumajang.

Itu sebab, Suwarso atas nama petani berharap pemerintah yang punya wewenang membatasi gula masuk, dengan memperhitungkan kebutuhan gula dalam negeri, sehingga saat petani panen harga gula sesuai yang diharapkan, Rp 12.900 per kilogram.

APTRI juga berharap pemerintah mencabut patokan harga eceran tertinggi (HET), karena aturan tersebut merugikan petani.

Terpuruknya ekonomi petani tebu juga karena hal itu, keuntungan diberlakukannya aturan itu yang pasti bukan untuk petani.