FaktualNews.co

Berdasarkan Riset, Obat yang Dipuji Trump Terkait Risiko Meningkatnya Korban Covid-19

Kesehatan     Dibaca : 1180 kali Penulis:
Berdasarkan Riset, Obat yang Dipuji Trump Terkait Risiko Meningkatnya Korban Covid-19
FaktualNews.co/Istimewa
Obat malaria hidroksiklorokuin di Las Vegas, 6 April 2020. (Foto: dok VOA Indonesia).

SURABAYA, FaktualNews.co – Obat malaria hidroksiklorokuin, yang menurut Presiden Donald Trump diminumnya, terkait dengan meningkatnya risiko kematian pada pasien Covid-19, sebut hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal medis Lancet.

Dilansir VOA Indonesia, Sabtu (23/5/2020), penelitian yang mengamati lebih dari 96 ribu orang yang dirawat inap dengan Covid-19 menunjukkan bahwa orang-orang yang diobati dengan hidroksiklorokuin, atau klorokuin yang juga terkait erat, menimbulkan risiko kematian lebih tinggi jika dibandingkan pada mereka yang tidak diberi obat tersebut.

Permintaan akan hidroksiklorokuin, obat yang telah diakui puluhan tahun silam, melonjak setelah Trump memuji-mujinya sebagai pengobatan untuk Covid-19 pada awal April lalu. Awal pekan ini, ia mengejutkan dunia dengan mengakui bahwa ia minum pil hidroksiklorokuin sebagai obat pencegahan.

Para penulis penelitian di Lancet menyatakan pengobatan ini tidak boleh digunakan untuk mengobati Covid-19 di luar uji klinis hingga hasil dari uji klinis tersedia untuk mengukuhkan keselamatan dan keampuhan pengobatan ini untuk pasien Covid-19. Para penulis menyatakan mereka tidak dapat mengukuhkan apakah minum obat itu bermanfaat bagi pasien virus corona.

Beberapa pekan silam, Trump mempromosikan obat itu sebagai pengobatan potensial berdasarkan laporan positif mengenai penggunaannya dalam mengatasi virus corona. Tetapi berbagai penelitian berikutnya mendapati bahwa obat itu tidak bermanfaat. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS pada April lalu mengeluarkan peringatan mengenai penggunaannya.

Penelitian yang dimuat di Lancet meninjau data dari 671 rumah sakit, di mana 14.888 pasien diberi hidroksiklorokuin atau klorokuin, dengan atau tanpa antibiotic makrolida, dan 81.144 pasien tidak mendapatkan pengobatan apapun.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh
Sumber
VOA Indonesia