Bertahan di Tengah Covid-19, Ini yang Dilakukan Pemilik Lembah Giri Wonosalam Jombang
Pariwisata jadi salah satu sektor yang terdampak paling parah selama pandemi Corona Covid-19. Setidaknya itu dialami lokasi wisata Lembah Giri, Wonosalam. Dikarenakan harus tutup total dan pengelola pun harus putar otak untuk terus bertahan.
JOMBANG, FaktualNews.co-Udara segar dan pemandangan alami adalah andalan Pariwisata di Lembah Giri, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang.
Wisata yang terletak di lereng Gunung Kuncung ini menyediakan Villa dan sarana pelatihan dengan harga terjangkau.
Sejumlah papan petunjuk jalan serta keramahan warga sekitar yang menjadi penunjang utama bagi wisatawan yang sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di Lembah Giri.
Saat tim redaksi Kelompok Faktual Media (KFM) berkunjung ke Lembah Giri, suasana lengang jelas terasa di lokasi wisata. Di pos satpam hanya ada satu penjaga dan seorang perempuan penjaga vila.
Jurnalis KFM ditemui Suharjo, pemilik dan pengelola Lembah Giri. Sambil berkeliling area wisata, Harjo bercerita untuk merawat Lembah Giri ia dibantu oleh enam pegawai. Semuanya difokuskan merawat taman, vila, menghidupkan aliran listik, dan memastikan semua tetap indah dipandang.
“Beberapa bulan ini ya tidak ada pemasukan sama sekali. Ya makan dari uang tabungan. Hingga saat ini masih bisa. Namun kalau keadaan terus begini ya jebol juga tabungannya,” ceritanya, Jumat (5/6/2020).
Di hari biasa, terutama akhir pekan Lembah Giri ramai dikunjungi para wisatawan. Dalam catatan Harjo, mereka datang dari seluruh Indonesia terutama Kota Besar seperti Surabaya, Semarang, Solo.
Sebenarnya Harjo dalam kegalauan berat, betapa tidak, beberapa hari sebelum Covid-19 marak di Indonesia beberapa pihak sudah memesan tempat untuk event kelas nasional. Nilai kontraknya pun tak tanggung-tanggung, uang mukanya puluhan juta.
“Mereka sudah kasih uang muka, ada beberapa yang pesan tempat. Event besar,” tambahnya.
Lembah Giri dikenal dengan biaya yang murah. Setiap orang yang datang hanya dikenakan uang masuk Rp. 5 ribu selama sehari. Tak pelak, Lembah Giri sering digunakan untuk kemah kader pramuka, reuni, dan pelatihan.
Gemericik suara air dari hutan memperindah dan syahdu suasana Lembah Giri bagi siapa saja yang mencari ketenangan. Untuk menginap di villa, pengunjung dikenakan biaya Rp. 300 ribu per malam.
Cahaya sang surya di petang hari yang dilihat dari kaki Gunung Kuncung keindahannya bak berada di dunia lain. Namun, untuk menikmati panorama alam ini pengunjung harus menaiki ratusan anak tangga.
“Wisata alam ini berbeda, ia alami dan tidak bisa dibuat-buat. Jika tak ada Corona mungkin kini sudah ramai. Apa lagi suasana lebaran begini,” jelas Harjo.
Covid-19 membuat banyak hal yang dirugikan bagi insan pariwisata. Menurut Harjo, seandainya Covid-19 tak datang mungkin proyek wisata religi di segera bisa diakses dari Lembah Giri.
Dilembah Giri, ada sebuah bukit yang terkesan sakral. Bukit Doa Gunung Kuncung namanya. Dibukit ini terdapat makam Wali Wono Segoro.
Pembangunannya membuat anak tangga menuju makam terhenti hingga saat ini. Rencananya, ia sedang merancang tata kelola pedagang, pengunjung dan fasilitas menuju makam. Beberapa pihak juga tertarik untuk melakukan investasi di Lembah Giri.
“Sedang proses komunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Jombang untuk wisata religi. Masih menunggu Covid-19 usai,” akuinya.
Wabah Covid-19 juga memaksa pembangunan fasilitas tambahan seperti kolam renang, kamar mandi dan fasilitas lainnya tertunda. Pemasukan nol besar, sementara biaya operasional mengalir terus.
Hingga saat ini, pihaknya dan beberapa pengelola wisata di Wonosalam masih menunggu kebijakan pemerintah kedepan terkait new normal bagi pariwisata.
“Akhirnya saya juga ikut kerja, kita tudak mungkin menambah pegawai. Neraca kelingan tak mendukung. Semoga segera berlalu masalah ini,” tutupnya.(Beni, Syarif, Slamet)