Sains

Mengejutkan, Arkeolog Temukan Monumen Suku Maya Sepanjang 1 Mil

MEKSIKO, FaktualNews.co – Suku Maya di Meksiko populer di luar wacana akademis sejak mencuatnya ramalan kiamat tahun 2012 yang belakangan tidak terbukti itu.

Ramalan itu diduga merupakan perkiraan yang didasarkan pada apa yang diklaim sebagai tanggal akhir dari kalender Hitungan Panjang Maya, yang merentang selama 5.125 tahun dan berakhir pada 21 atau 23 Desember 2012.

Sejak itu, Suku Maya pun fenomenal tidak hanya bagi akademisi dan pemerhati antrologi dan kebudayaan, tapi juga netizen.

Bagaimana sebenarnya peradaban suku kuno di Meksiko itu?

National Geographic Indonesia Kamis (4/6/2020) melansir sebuah artikel yang mengungkap penemuan menarik tentang Suku Maya yang dipublikasikan oleh Nature.

Dalam artikel itu disebutkan, sebuah bangunan raksasa dengan panjang hampir satu mil telah ditemukan di selatan Meksiko. Para peneliti mengatakan bahwa itu mungkin menjadi monumen tertua dan terbesar peninggalan suku Maya yang pernah ditemukan.

Situs bernama Aguada Fénix ini berlokasi di negara bagian Tabasco, di pangkalan Teluk Meksiko. Bangunan tersebut sangat luas untuk usianya—menunjukkan arsitektur Maya yang misterius.

Sebelum penemuan itu terungkap, situs Maya Ceibal (Seibal) ditetapkan sebagai pusat upacara tertua, berasal dari 950 BCE.

Aguada Fénix, yang berukuran lebih dari 1.400 meter, diperkirakan berasal dari jangka waktu yang sama, yaitu antara 1.000-800 BCE. Namun, ukuran raksasanya membuatnya tidak berasal dari periode tersebut.

“Menurut pengetahuaan kami, ini adalah kontruksi monumental tertua yang pernah ditemukan di sekitar peradaban Maya. Juga menjadi yang terbesar dalam sejarah pra-Hispanik di wilayah tersebut,” papar peneliti dalam studi mereka.

Yang lebih mengejutkan, struktur besar ini sebenarnya telah ada selama berabad-abad tapi tidak dikenali oleh orang-orang Meksiko modern yang tinggal di sekitarnya.

“Area tersebut sangat berkembang. Aada orang-orang yang tinggal di sekitarnya karena itu bukan hutan. Namun, situs tidak dikenali karena ia sangat besar dan mendatar, seperti lanskap alam biasa,” papar Takeshi Inomata, pemimpin penelitian yang juga arkeolog dari University of Arizona.

Ia diketahui memiliki beberapa kesamaan dengan situs Olmec San Lorenzo dan La Venta di sekitar Veracruz. Meski begitu, kurangnya patung berbentuk manusia di Aguada Fenix memberikan petunjuk mengenai suku Maya Kuno yang mendiami kompleks ini—membedakannya dari Olmec.

“Tidak seperti Olmec, Aguada Fenix tidak menunjukkan indikator ketimpangan sosial yang nyata. Seperti patung-patung yang mewakili individu berkedudukan tinggi,” ungkap peneliti.

“Satu-satunya patung batu yang ditemukan di Aguada Fenix berbentuk hewan,” imbuh mereka.

Situs ini sangat penting dalam membantu kita memahami lebih banyak tentang bagaimana peradaban Maya berfungsi dan mengorganisir diri mereka sendiri. Terutama jika mereka menerapkan sistem komunal dan menolak bentuk hierarki.

“Pemahaman seperti ini memberi kita implikasi penting tentang kemampuan dan potensi kelompok,” kata Inomata.

“Mungkin ada masyarakat yang terorganisir dengan baik sehingga tidak memerlukan pemerintah untuk melakukan proyek besar. Orang-orang dapat saling kerja sama untuk mencapai hasil yang luar biasa,” pungkasnya.