Wisata

Jejak Megalitik dan Kisah Masa Muda Gajahmada di Situs Sitinggil Lamongan

LAMONGAN, FaktualNews.co – Di Lamongan banyak situs purbakala merupakan warisan sejarah bangsa peninggalan peradaban masa lampau. Seperti Situs Sitinggil di Kecamatan Modo yang masih erat hubungannya dengan Kerajaan besar Majapahit yang berhasil menyatukan Nusantara itu.

Situs Sitinggil menjadi istimewa karena disitulah jejak peninggalan megalitik dan oleh warga sekitar dikenal sebagai petilasan Jaka Mada, nama masa kecil mahapatih Majapahit, Gajah Mada.

Lokasinya berada di Dusun Bendo, Desa Mojorejo, Kecamatan Modo yang berada jauh dari desa dan situs ini sendiri berada di tengah hutan jati. Warga mengenal situs ini dengan nama Sitinggil karena letaknya yang lebih tinggi dari kawasan di sekitarnya dengan luas bangunan sekitar 6×6 meter untuk bagian bawah atau dasarnya dan puncaknya memiliki luas sekitar 2×2 meter dan tingginya sekitar 2 meter.

“Situs Sitinggil ini adalah sebuah bangunan punden berundak zaman megalitikum,” kata Supriyo, Pemerhari budaya Lamongan saat mengunjungi situs tersebut, Minggu (7/6/2020).

Untuk bisa ke situs Sitinggil, pengunjung harus rela berjalan dari perkampungan tersebut dan naik ke atas dengan jarak sekitar 200 meter yang tak jauh dari pemakaman umum desa setempat.

Supriyo yang juga ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU Lamongan menjelaskan. Pada pemerintah kolonial Belanda saat itu mendentifikasi bahwa situs Sitinggil itu sebagai salah satu peninggalan masa megalitik berupa bangunan punden berundak. Pinggiran situs ditopang juga oleh susunan bebatuan.

“Memang keterangan Sitinggil dari foto badan arkeologi Belanda menyebutnya sebagai bangunan megalitik,” jelas Priyo panggilan akrab Supriyo.

Situs tersebut juga oleh warga sekitar, lanjut Priyo memaparkan, sering disebut juga sebagai petilasan Jaka Mada atau Gajah Mada saat masih kecil.

Sitinggil dulunya oleh warga disebut sebagai tempat beraktivitas dan bermain masa kecil Gajah Mada mengingat letaknya yang cukup tinggi dari perbukitan sekitar dan oleh warga dikenal dengan nama Siti Hinggil atau Sitinggil yang berarti tanah tinggi.

“Sitinggil sendiri adalah sebuah tatanan batu-batu alami yang dibentuk menyerupai sebuah punden berundak, dengan beberapa tingkatan dan bagian puncaknya dapat di tempati sebagai aktifitas semedi atau ritual,” papar Priyo.

Cerita leluhur khususnya lokal masyarakat Modo seringkali mengidentikkan keberadaan wilayah mereka dengan nama besar Patih Gajah Mada sewaktu masih remaja ketika masih tinggal di wilayah itu.

“Semoga ke depan ada cukup penelitian yang memadai sehingga dapat diperoleh penjelasan yang lebih rinci,” harap Priyo.

Dalam kesempatan yang sama Seketaris Daerah Lamongan, Yuhronur Efendy saat berkunjung ke Situs Sitinggil tersebut, mengaku kagum dengan keberadaan situs Sitinggil yang dinilai bukanlah situs purbakala biasa layaknya bangunan candi tapi sebuah bangunan peninggalan masa megalitik.

“Kami datang ke situs Sitinggil ini untuk bersama-sama berdiskusi, saling berbagi informasi, mengamati, juga merencanakan upaya pelestarian situs tersebut, khusunya yang ada di Lamongan,” kata Yuhronur.

Yuhronur mengaku bahwa Situs Sitinggil itu sudah termasuk dalam situs cagar budaya yang telah terdata dan dilindungi. “Dengan dibuktikan adanya juru pelihara yang ditetapkan dari BPCB Trowulan Jatim di lokasi.” terangnya.

Lebih jauh Yuhronur mengatakan, situs Sitinggil adalah bangunan punden berundak yang diyakini sebagai tempat menggembala hewan ternak sang patih Gajah Mada pada masa kecilnya.

“Punden berundak yang bahannya terbuat dari batu-batu alami tanpa pengerjaan atau handmade semakin menguatkan kalau ini adalah situs megalitik,” pungkas Yuhronur saat berada di situs Sitinggil tersebut.