PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Pemilik tambak di Kelurahan Ketapang dan Pilang, Kecamatan kademangan, Kota Probolinggo, merugi. Sebab ikan bandeng yang dibudidaya hilang, akibat air laut pasang hingga melampaui pematan, bahkan ada yang sampai jebol.
Tak hanya itu, petani tambak merugi juga akibat harga bandeng yang terus turun. Ikan bandeng yang normalnya Rp 15 ribu sampai Rp 17 ribu, kini turun menjadi Rp 12 hingga Rp 13 ribu. Hal tersebut diungkap salah seorang petambak Abu Bakar (58) pengelola tambak di Kelurahan Ketapang, Minggu (7/6/2020) siang.
Pria yang biasa dipanggil Abu tersebut mengaku, telah memanen ikannya meski belum berumur. Akibatnya, besar dan bobot ikan bandengnya tidak maksimal, sehingga hasilnya pun tidak sesuai harapan. Disebutkan, bandengnya dipanen tidak sampai 4 bulan, padahal seharusnya 4 bulan lebih. “Kalau usianya 4 bulan lebih, satu kilogram isinya 4 sampai 5 ekor,” katanya.
Sedang bandeng yang dipanen 2 hari sebelumnya, isinya per kilonya 6 sampai 8 ekor. Padahal, bobot dan besaran bandeng juga iku menentukan. Harga bandeng besar, menurutnya, berbeda dengan uang ukurannya lebih kecil.
“Diambil tengkulak Rp 12 ribu per kilonya. Kalau besarnya normal, bisa Rp 13 ribu per kilonya. Ukuran bandengnya agak kecil,” jelasnya.
Jika dipanen tepat waktu, maka benih bandeng satu rean sebanyak 5 ribu yang ditebar, bisa menghasilkan sekitar 1 ton. Lantaran dipanen lebih awal, maka beratnya sekitar 8 kwintal alias 800 kilogram. Dengan begitu, selain beratnya berkurang, harga per kilonya juga lebih murah. “Jadi hasilnya tidak sesuai perhitungan,” katanya.
Abu berharap, hasil penjualan bandeng yang dipanen belum waktunya itu, cukup untuk biaya menebar bandeng lagi. Ia juga berharap, ada perhatian dari Pemkot Probolinggo, sehingga bisa meringankan beban petani ikan.
“Kami berharap ada bantuan bibit dan biaya garap akibat digerus air laut. Ya, untuk mengurangi beban petambak,” katanya.
Ditambahkan, tidak semua petaambak merugi pada banjir rob tahun ini. Pemilik atau pengelola tambak yang tidak merugi, saat air pasang tambaknya kosong. Mereka telah memanen bandeng sebelumnya.
“Jadi bandengnya sudah waktunya dipanen sebelum banjir rob datang. Saat air pasang seperti ini, tambaknya kosong,” tambahnya.
Sementara ada petambak yang bandengnya masih kecil yang usaianya tidak sampai 2 bulan. Mereka juga merugi, karena sebagian besar bandengnya lari ke tambak milik orang lain dan kabur ke laut.
“Pasti nanti kalau dipanen, hasilnya sedikit. Karena ikannya banyak yang lari. Bandeng itu berkumpul kalau ada air laut datang, Ngejar air pasang. Jadi kabur ke tambak lain dan ke laut,” pungkasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Ketahanan pangan dan perikanan (Dipertahankan), Sudiman mengatakan, belum bisa membantu keluhan petambak. Mengingat, dinasnya tidak memiliki anggaran untuk membantu mereka karena direfocusing ke Covid-19.
“Untuk saat ini kami belum bisa membantu. Ya, karena tidak ada anggarannya,” katanya singkat.