Diskusi Ekonomi di Tengah Covid-19 yang Digelar PWI Jombang
Pelaku Usaha Curhat Berjamaah, Bupati Jombang Beber Skema Pemulihan
JOMBANG, FaktualNews.co–Diskusi ekonomi yang digelar PWI Jombang di ruang Bung Tomo, pemkab setempat, menjadi ajang curhat berjamaah bagi peserta, Selasa (9/6/2020).
Diskusi itu sendiri bertema ‘Mendorong Pergerakan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19: Implikasi Stimulus Ekonomi Bagi Dunia Usaha di Kabupaten Jombang’.
Diskusi menghadirkan Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab sebagai keynote speaker.
Sedangkan sebagai pembicara, tampil pakar ekonomi M Thamrin Bey, Ketua Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Jombang Joko Herwanto, serta Direktur Bank Jombang Affandi.
Peserta yang hampir seluruhnya pelaku usaha, seakan memanfaatkan kesempatan ‘langka’ itu untuk curhat. Mereka merasakan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) memukul usaha mereka.
Para audiens meliputi Ketua PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) Jombang, Ketua REI Kabupaten Jombang, Ketua HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda).
Kemudian Ketua Asosiasi UMKM Kabupaten Jombang, perwakilan Asosiasi PKL (pedagang kaki lima), serta para pelaku usaha dari kalangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Dalam forum tersebut masing-masing perwakilan membeberkan kondisi mereka selama pandemi. Semisal yang disampaikan oleh Ketua PHRI Jombang Sri Dwi Astuti.
Dia mengatakan, selama pandemi, okupansi hotel di Jombang terjun bebas. Demikian juga restoran.
Oleh sebab itu, PHRI meminta Bupati Jombang segera mencabut surat penutupan restoran, agar sektor ekonomi bergerak lagi. Tentunya, dengan menerapkan protokol kesehatan.
Keresahan serupa juga dilontarkan perwakilan APVJ (Asosiasi Photo dan Videografi Jombang), Anwar.
APVJ memiliki 200 orang anggota. Selama ini mereka bergerak di bidang jasa foto dan syuting resepsi pernikahan.
Namun semenjak adanya pandemi dan darurat corona di Jombang, para tukang syuting itu praktis gantung kamera karena sepi job. Mereka tidak lagi mendapatkan penghasilan dari sektor tersebut.
“Kami praktis menganggur. Makanya, kami berharap situasi kembali normal. Kami juga memohon resepsi pernikahan dibolehkan, sehingga kami bisa bekerja lagi. Kami siap mematuhi protokol kesehatan dalam menjalankan aktifitas ini,” kata Anwar.
Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab membenarkan melemahnya sendi-sendi ekonomi akibat pukulan pandemi Covid-19.
Dia mencontohkan, penerapan social distancing yang berakibat pada terputusnya pasokan barang dan jasa. Kemudian terganggunya sektor pariwisata dan industri.
Bupati Mundjidah lantas membeber data penurunan omzet selama pandemi. Di antaranya, sektor IKM (Industri Kecil Menengah) di Jombang yang omzetnya menuruun 87,02 persen. Sedangkan IKM kerajinan turun omzet 89,13 persen.
Penurunan omzet, sambung bupati perempuan pertama di Jombang ini juga dialami pedagang di pasar-pasar tradisional. Di Pasar Citra Niaga atau Pasar Legi Jombang misalnya.
“Sebelum pandemi terdapat 995 pedagang, namun saat ini tinggal 547 pedagang. Omzet harian di pasar tersebut juga turun 45 persen. Sebelumnya omzet harian rata-rata Rp 171 juta, namun saat ini Rp 94 juta,” ujar bupati.
Skema Pemulihan Ekonomi
Dalam diskusi tersebut Bupati Jombang Mundjidah membeberkan skema pemulihan bagi ekonomi yang melambat tersebut. Baik skema yang dilakukan pada 2020, maupun skema untuk 2021.
Dengan program-program tersebut diharapan perekomian yang melambat bisa bergerak dan bangkit.
Di antaranya, mengoptimalkan kegiatan yang masih ada untuk mendukung pemulihan ekonomi. Semisal, pemeliharaan jalan yang menggunakan dana APBD, pelaksanaannya melalui padat karya tunai.
Kemudian optimalisasi belanja bahan/material pada skala desa (lokal). “Hal itu bertujuan untuk menggerakkan perekonomian lokal. Sehingga bisa menyumbang pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Sedangkan untuk sektor IKM/UMKM yang terdampak, pemerintah akan memberikan bantuan modal sebesar Rp 1 juta guna menghidupkan kembali usahanya. Kemudian membukan chanel dengan perbankan agar IKM/UMKM bisa mengakses pinjaman KUR (kredit untuk rakyat).
“Kita juga akan menggelar pelatihan diservikasi produk guna meningkatkan nilai tambah. Juga fasilitasi pemasaran usaha. Yakni, membuka chanel dengan ritel atau sistem pemasaran yang lebih besar,” ujar bupati yang juga Ketua PC Muslimat NU Jombang ini.
Dalam diskusi tersebut peserta dibatasi, serta mengedepankan protokol kesehatan. Seluruh yang hadir mengenakan masker. Sebelum memasuki ruangan, suhu tubuh peserta diskusi dicek thermo gun. Kemudian jarak antar kursi minimal satu meter.
Ketua PWI Jombang Sutono mengatakan, kegiatan ini sebagai forum mediasi partisipatif yang melibatkan unsur. Mulai dari eksekutif maupun legislatif, stakeholders terkait, serta para pelaku ekonomi.
Tujuannya, sambung Sutono, sebagai forum sosialisasi kebijakan pemerintah Kabupaten Jombang untuk sektor ekonomi guna menyongsong era new normal.
Kemudian memetakan dan mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dalam menggerakkan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
“Diskusi ini juga sebagai ruang aspirasi, sebagai ikhtiar guna mendorong geliat ekonomi di tengah Covid-19, tanpa mengabaikan protokol kesehatan dan pencegahan Covid-19,” pungkas Sutono.
Sedangkan fokus dari diskusi terbuka untuk kalangan terbatas ini adalah kebijakan taktis dan strategis Pemkab Jombang untuk menggerakkan sektor ekonomi di tengah Pendemi Covid-19.
“Kami berharap diskusi ini membawa manfaat dan menjadi masukan bagi pengambil kebijakan. Kini bukan waktunya berdebat, melainkan waktu untuk berbuat,” tandasnya.