TRENGGALEK, FaktualNews.co – Di tengah persaingan zaman millenial sekarang ini. Benda pusaka seperti keris dan benda sejarah lainnya bisa dibilang menurun peminatnya.
Kendati demikian, benda pusaka yang merupakan warisan leluhur harus tetap dilestarikan. Mungkin itu yang ada dalam benak Budi Santoso (33) pengrajin warangka keris asal Dusun Sukobanteng, Desa Karangsoko, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek.
Berbekal bakat serta ketlatenan dan ditunjang dengan ketertarikannya akan pusaka. Ia nekad beralih pekerjaan sebagai pengrajin warangka keris hingga mendapatkan berkah.
Menurut Budi Santoso, pekerjaan sebagai pengrajin warangka keris digeluti sejak satu tahun silam. Sebelumnya dia bekerja sebagai tukang bangunan.
Selain itu, juga pernah bekerja di mebel dan membuat atau mengukir barongan. Karena alasan sepi peminat barongan, pada tahun 2014 ditinggalkan.
“Awalnya saya bekerja sebagai tukang bangunan, mebel dan mengukir barongan. Selanjutnya gabung dengan paguyupan keris pusaka di Trenggalek. Kemudian tertarik dan mulai rintis atau belajar membuat warangka keris. Tidak begitu lama, hanya seminggu sudah bisa memproduksi,” ungkapnya, Senin (16/6/2020).
Dijelaskan Budi, di Kabupaten Trenggalek yang menggeluti sebagai pengrajin warangka tidak banyak, hanya ada dua atau tiga orang.
“Membuat warangka keris memang membutuhkan keahlian khusus dan ketlatenan. Untuk satu warangka keris bisa selesai dikerjakan selama satu atau dua hari tergantung tingkat kesulitannya,” terangnya .
Sedangkan, lanjut Budi, untuk harga per satu warangka ketis dipatok Rp 120 ribu hingga Rp 170 ribu tergantung jenis kayu. Dan ciri khas yang di produksinya bermacam, seperti Solo, Mataraman dan lainnya.
Menurutnya, tidak semua jenis kayu bisa dibuat warangka. Paling tidak, minimal kayu tersebut memiliki serat yang menarik.
Jenis kayu yang sangat baik untuk dibuat warangka diantaranya, jati gembol, timo, pinisium, cendono jowo, lutung atau aren lanang.
“Ada jenis kayu yang istimewa bisa buat dan diukir menjadi warangka, yakni kayu cendono Timtim. Jenis kayu ini memiliki nilai jual yang cukup tinggi, bisa mencapai Rp 500 ribu bahkan lebih,” jelasnya.
Ditambahkan Budi, untuk omset rata-rata per hari Rp 200 ribu. Sedangkan pemasarannya bisa menembus luar daerah, seperti Surabaya, Sragen, Tulungagung dan lainnya. Untuk pengirimannya sementara melalui paket.