FaktualNews.co

Legislator Tuduh RSUD Gresik Vonis Pasien Paru sebagai PDP, Jenazah Dimasukkan Peti Seadanya

Kesehatan     Dibaca : 1057 kali Penulis:
Legislator Tuduh RSUD Gresik Vonis Pasien Paru sebagai PDP, Jenazah Dimasukkan Peti Seadanya
Faktualnews/didik hendri
Syahrul Munir (kanan), anggota DPRD Gresik termuda menjadi saksi dimasukkannya jenazah dalam peti mati yang dinilai seadanya.

GRESIK, FaktualNews.co-Wakil Ketua Komisi II DPRD Gresik Muhammad Syahrul Munir, membongkar berbagai hal yang dinilai sebagai kejanggalan dalam proses pemakaman jenazah, yang diklaim terpapar Covid-19.

Alumni Jurusan Cultural Studies di Sorbonne University of Paris ini turut menjadi saksi sekaligus memberikan penghormatan terakhir atas pemakaman jenazah Kapiyah (60) warga Desa Tanggulrejo, Kecamatan Manyar, Jumat (19/6/2020).

Usai pemakaman, Syahrul menceritakan terkait almarhumah Kapiyah. Sewaktu kecil hingga sekarang, dia memanggilnya Mak Ya.

“Saya begitu dekat dengan Mak Ya, karena rumahnya persis depan rumah saya,” tutur Syahrul, Sabtu (20/6/2020).

Syahrul lalu membeberkan, Mak Ya ini sesungguhnya hanya menderita sakit infeksi paru-paru. Bahkan, setelah dirapid test hasilnya nonreaktif.

“Yang membuat emosi saya membuncah, mengapa Mak Ya harus dikategorikan PDP?,” ucapnya meradang.

Mak Ya, lanjut Syahrul kemudian dirujuk dari RS Fathma Medika Manyar ke RS PKU Muhammadiyah Sekapuk Ujungpangkah, karena RSUD Ibnu Sina penuh. Dengan konfirmasi swab test akan keluar sekitar 3 hari.

“Ini pelayanan yang seringkali dikeluhkan para keluarga pasien, kenapa begitu lama hasil swab keluar. Berbiaya juga ternyata, sekitar Rp 2,5 juta,” terangnya.

Tidak cukup di situ, sambung Syahrul Munir, menurutnya banyak carut-marut dan berbagai kejanggalan dalam penanganan pasien Covid-19 di Gresik.

Pertama, Mak Ya harus dikumpulkan dengan pasien-pasien PDP (Pasien Dalam Pengawasan) lain, padahal ia dalam kondisi membutuhkan pendampingan ekstra oleh pihak keluarga.

Kedua, pihak keluarga dipungut biaya untuk APD (Alat Pelindung Diri) setiap kali menjenguk atau membesuk. Nilai nominalnya Rp 350 ribu untuk sekali masuk.

Info terakhir, sambung Syahrul Munir, Rp 400 ribu kemudian ditawar jadi Rp 300 ribu sekali masuk.

Padahal Pemkab sudah menganggarkan kecukupan APD bagi rumah sakit, khususnya RS Rujukan. “Lalu, untuk apa anggaran Rp 300 miliar lebih untuk penanganan Covid-19 di Kabupaten Gresik?” legislator termuda di DPRD Gresik ini.

Ketiga, imbuh Syahrul Munir, dari cerita keluarga, Mak Ya mengeluhkan sesak napas karena mengaku syok dengan pasien sebelahnya yang meninggal lebih dulu.

Memang dari dulu Mak Ya seringkali sembunyi jika ada tetangga meninggal.

“Namun ketika itu saya masih positive thinking, masih ada harapan sembuh karena masih bisa diajak ngobrol. Tapi pihak keluarga sudah mewanti-wanti untuk hal yang lebih buruk,” turur Syahrul Munir.

Sementara itu, men urut Syahrul Munir, dikabarkan pula oleh pihak RS, hasil swab mundur 5-6 hari dari yang sebelumnya dijanjikan 3 hari.

“Apa sebegitu lemotnya fasilitas penunjang kesehatan ini ya? Jawabannya Iya!,” tegas Syahrul dengan nada tinggi.

Tepat antara azan Salat Subuh dan Iqomah, Syahrul mengaku menerima telepon dari keluarga, yang mengabarkan Mak Ya berpulang ke Rohmatullah.

Setelah itu, imbuh Syahrul Munir, dirinya ke rumah kades dan ke takmir masjid, berbicara kemungkinan terburuk dan pola penghormatan jenazah yang dianggap terbaik.

“Semua berjalan sesuai harapan dengan keputusan pihak keluarga menyolatkan di aula rumah sakit, sedangkan warga salat gaib ba’da jamaah Jumat,” beber Syahrul.

Selanjutnya, relawan Satgas Covid desa dipersiapkan sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan jenazah. Dan semua berjalan lancar, hingga jenazah datang di pemakaman.

Namun, menurut Syahrul Munir, jenazah dimasukkan ke dalam peti yang seadanya. Padahal Pemkab sudah menyiapkan peti yang bagus bagi pasien yang dianggap terpapar Covid-19.

“Belum lagi ketidaksiapan APD dari entah ini RS nya, Puskesmasnya, atau Dinkesnya, sehingga APD yang dipakai relawan desa kita persiapkan secara mandiri. Tentu SANGAT KECEWA dengan bentuk kecerobohan dan miskordinasi prosesi pemakaman seperti ini.

“Namun, desa melewati proses ini dengan sigap dan gotong royong. Tentu ini bukan dalam rangka saling menyalahkan, namun saling berbenah. Semoga wabah corona segera sirna,” pungkas Syahrul.

Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Gresik, drg Saifudin Ghozali yang juga Kadinkes Gresik saat dikonfirmasi FaktualNews.co belum memberikan tanggapan.

Komandan Gugus Tugas Covid-19 Sambari Halim Radianto dikonfirmasi terkait itu berkilah, yang memiliki SOP (standar operasional prosedur) adalah Dinas Kesehatan (Dinkes). “Dinkes yang mempunyai SOP, Mas” kilah Sambari yang juga Bupati Gresik, singkat, Sabtu (20/6/2020) malam.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah
Tags