FaktualNews.co

Sektor Pariwisata Tiarap, Pengusaha Travel di Sidoarjo Ini Beralih Jualan Gudeg

Ekonomi     Dibaca : 752 kali Penulis:
Sektor Pariwisata Tiarap, Pengusaha Travel di Sidoarjo Ini Beralih Jualan Gudeg
Faktualnews/Nanang
Mochammad Arif Salamin, owner Bus Pariwisata Imma Tour asal Kabupaten Sidoarjo saat hendak mengirim gudeg pesanan kastamer.

SIDOARJO, FaktualNews.co-Wabah virus corona atau Covid-19 sangat memukul semua pelaku pariwisata, mulai tempat wisata, guiding, pedagang dan termasuk bagi pengusaha jasa transportasi yang selama ini bergelut di dunia pariwisata.

Kini, mereka yang selama ini sebagai penyumbang devisa terbesar kedua bagi negara harus harus tiarap.

Bahkan, terpaksa alih profesi untuk sementara ini agar dapur tetap ngebul dan untuk bertahan hidup, walau sekadar membayar tagihan listrik rumah.

Itulah pula yang saat ini dilakoni Mochammad Arif Salamin (42), salah satu pengusaha jasa transportasi asal Kabupaten Sidoarjo yang selama ini bergelut di dunia pariwisata.

Ia mengaku, dua armada bus dan sejumlah mobil pribadi yang selama ini beroperasi ke tempat wisata harus berhenti total.

“Itu sejak pariwisata tutup akibat pandemi yang ditetapkan pemerintah pada Maret 2020 lalu,” ucap suami Aliestya Wardhani (40), ketika ditemui FaktualNews.co di kediamannya Perum King Shafira Residence Blok C-1 Nomor 19 Desa Sepande, Kecamatan Candi, Sidoarjo, Minggu (21/6/2020).

Hingga saat ini, lanjut Arif, semua aramadanya belum beroperasi dan masih terparkir di garansi.

“Masih macet semua mas. Setiap hari hanya manasin mesin saja. Kami hanya bisa pasrah, menunggu keadaan kembali normal hingga bisa beroperasi kembali,” harapnya.

Arif mengungkapkan, pandemi covid-19 ini merupakan sejarah yang terpuruk sejak dirinya merintis jasa transportasi bagi parawisata pada 2002 silam.

Sebab, kondisi saat ini berhenti total alias tak bisa bergerak sama sekali, padahal, ia juga memiliki tanggungan kewajiban menghidupi keluarga.

“Termasuk mempunyai tanggung jawab angsuran kredit ke pihak leasing karena ada armada bus yang masih mencicil setiap bulannya,” curhatnya. Soal kredit sisa angsuran kredit tersebut, Arip mengaku masih mengesampingkan dulu meskipun dirinya ditagih sama pihak debt colector.

“Saya biarin dulu, saya ditagih-tagih terus soal angsuran. Saya katakan, kalau armada saya beroperasi pasti saya angsur. Toh selama ini saya tidak pernah telat mengangsur setiap bulannya.

Saya minta penangguhan angsuran seperti yang pernah disampaikan Pak Presiden Jokowi selama pamdemi Covid-19 ternyata pihak leasing bilang tidak ada. Ya sudah mau gimana lagi saya biarkan dulu baru saya angsur kalau sudah kembali normal,” keluhnya.

Selama ini dia mengaku bergelut dan bertahan hidup sendiri dengan cara sendiri.

“Kami bukan mengeluh, tetapi memang tidak ada perhatian dari pemerintah, meskipun sempat dikatakan pariwisata bagian dari penyumbang devisa terbesar kedua bagi negara,” ungkapnya.

Kini, putra ketiga dari empat bersaudara pasangan almarhum Abdul Salam dan Warsiah itu harus banting setir berjualan ‘Gudeg’, makanan khas makanan khas Daerah Istimewa Yogyakarta dan Solo untuk bisa bertahan hidup.

“Sejak semua armada tidak beroperasi saya jualan gudeg. Saya putuskan jualan gudeg karena kalau tidak jualan saya setiap harinya makan apa. Ini hanya untuk bertahan dan menyambung hidup, tidak lebih,” ujarnya.

Ia bersyukur gudeg yang dimasak langsung oleh ibu mertuanya, Liswindarin Nigrum (63), diberinama ‘Gudeg Bu Lies’ itu cukup banyak diminati para pembeli dan pemesan.

Dia mengaku hanya menjajakan kepada koleganya yang selama ini dikenal dari langganan jasa travelnya. Mulai hakim, perusahaan swasta, travel dan orang-orang pemerintah daerah.

“Alhamdulillah banyak yang mengakui masakannya enak. Kan, ibu kalau masak yang diutamakan kualitas bumbu dan bahannya. Jadi, bener-bener mejaga kualitas agar pembeli puas atas masakan yang diraciknya itu,” tuturnya.

Selain soal kualitas, harga yang ditawarkan cukup merakyat, mulai harga Rp 25 ribu porsi kemasan kotak hokben, porsi kemasan besek seharga Rp 50 ribu dan kendil seharga Rp 100 ribu.

“Porsi lengkap, kalau yang besek dan kendil bisa dimakan dengan keluarga,” jelasnya.

Meski demikian, Arif bersyukur sejak banting setir berjualan gudeg tersebut masih ada rejeki untuk memenuhi kebutuhan hidup, meskipun gudeg yang dijual saat ini hanya sebatas dipromosikan langsung kepada kolega dan lewat online.

“Alhamdulillah di tengah pandemi pesanan juga rata-rata sehari sekitar 20 porsi kemasan kotak hokben, terkadang 10 porsi kemasan besek dan kemasan kendil juga. Kami juga bersukur masakan diterima customer,” ungkapnya.

Merasa masakan diterima banyak customer, Arif berangan-angan mengembangkan usaha orang tuannya yang saat ini dikerjakan di rumah tersebut, usai badai pandemi covid-19 yang melanda seantero dunia ini.

“Kalau nanti armada sudah beroperasi kembali, saya tetap ingin memasarkan gudeg sambil mengantar para wisatawan ke tempat wisata. Bahkan saya berangan-angan ingin punya depot sendiri,” pungkasnya.

Arif sendiri selama ini mengelola travel pariwisata ‘Imma Tour’ miliknya, dengan tujuan Yogyakarta, Bali, Lombok dan wilayah Jawa Timur serta sejumlah daerah lain.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah